Kamis, 11 Juni 2009

Rakyat Iran Menanti Revolusi ke 3



Pendukung Ahmadinejad
Pendukung Ahmadinejad
Seorang pendukung Ahmadinejad di Tehran berujar, "Pertama adalah Rahbar, setelah itu baru Presiden Ahmadinejad. " Rahbar adalah sebutan akrab bagi Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran, Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei. Selain itu, Rahbar adalah istilah lain dari Wali Faqih. Dari sudut bahasa, Rahbar mempunyai arti penuntun jalan atau pemimpin.

Dalam sistem Iran, Rahbar merupakan kedudukan tertinggi di negara ini. Panglima tertinggi militer pun dijabat oleh Rahbar. Dengan demikian, wewenang militer sepenuhnya barada di bawah kendali Rahbar. Lebih dari itu, presiden negara ini sebelum menjalankan tugasnya harus mendapat restu dari Rahbar.

Imam Khomeini ra, Pendiri Revolusi Islam Iran adalah Rahbar pertama. Setelah Imam Khomeini ra meninggal dunia, Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei menggantikan jabatan tertinggi di Iran melalui prosedur pemilihan di Dewan Ahli Kepemimpinan yang saat ini dipimpin oleh Hashemi Rafsanjani. Saat ini, istilah Rahbar hanya ditujukan kepada Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei.

Konsep Rahbar atau Wali Faqih inilah yang menjadi tulang punggung Republik Islam Iran. Gejolak-gejolak dahsyat di kancah politik negara ini pun seringkali dapat dikendalikan oleh Rahbar. Kebijakan Rahbar dalam menyikapi gejolak politik dalam negeri selalu menjadi solusi bersama.

Saat ini, Iran menjelang pemilihan presiden kesepuluh kembali dihadapkan pada gejolak politik serius yang muncul dari pernyataan-pernyata an Ahmadinejad di sejumlah forum, khususnya di acara debat pilpres. Gejolak kali ini sangatlah serius. Bahkan Rafsanjani yang namanya juga disebut Ahmadinejad, mengirim surat terbuka kepada Rahbar. Akan tetapi, surat terbuka Rafsanjani itu mendapat reaksi negatif berbagai pihak. Bahkan ada sejumlah pihak yang mempertanyakan surat terbuka tersebut. Mengapa Rafsanjani tidak langsung mendatangi Rahbar dan menyampaikan kondisi yang ada? Bukankah Rafsanjani mempunyai akses langsung ke Rahbar? Tidaklah heran, jika sejumlah pihak juga menuding bahwa surat itu sendiri bernuansa fitnah dan menyebutnya sebagai sebuah tekanan terbuka bagi Rahbar.

Sementara itu, Ahmadinejad terus dihujani sederet tudingan infaktual rival-rivalnya. Kekompakan ketiga rival Ahmadinejad, khususnya Mir Hossein Mosavi dan Mahdi Karoubi, sangat ketara dalam forum debat pilpres yang disiarkan langsung oleh televisi nasional Iran. Mereka pun kompak memojokkan Ahmadinejad tanpa kehadirannya. Kondisi inilah yang membuat Ahmadinejad diberi waktu tambahan untuk tampil di televisi untuk menggunakan hak jawab. Peraturan hak jawab itu juga sudah diatur berdasarkan undang-undang yang disahkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Iran mengenai acara debat pilpres di televisi. Di negeri Mullah ini, semua kandidat presiden mempunyai hak yang sama dalam berkampanye di televisi dan radio.

Dalam hak jawabnya yang ditayangkan televisi Iran, Ahmadinejad , kemarin malam (Rabu, 10/6), menjawab data infaktual Mousavi yang ditujukan pada dirinya. Yang lebih menakjubkan lagi, Ahmadinejad menyebut data yang dibawakan Mousavi bersumber dari lembaga-lembaga tidak resmi dan berhubungan dengan Zionis Israel. Padahal sebelumnya, Mousavi menyebutkan data tersebut berasal dari lembaga di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Kemarin malam Ahmadinejad juga tidak menerima bahwa dirinya disebut sebagai pembohong. Ahmadinejad menegaskan bahwa pembohong sama halnya dengan pengkhianat, sedangkan pengkhianat adalah penakut. Lebih lanjut ia mengatakan, bagaimana mungkin seorang penakut berani berada di tengah masyarakat. Sebelumnya, Koran IRAN, terbitan Tehran dalam tajuk utamanya menulis, "Bank Sentral Iran: Mousavi Berbohong." Pernyataan itu disampaikan Bank Sentral Iran setelah merasa dipermalukan dengan sikap Mousavi yang membawa data infaktual atas nama bank tersebut. Mousavi mengatakan, inflasi mencapai 25 persen, sedangkan Ahmadinejad mengatakan, inflasi negara hanya mencapai 15 persen. Perang data benar-benar mewarnai kampanye pilpres Iran periode kesepuluh.

Kondisi inilah yang menuntut Ahmadinejad harus memberikan jawaban tegas. Ketegasannya dalam mereaksi tudingan infaktual rival-rivalnya, juga menggoncang bingkai politik internal Negeri Mullah.

Dalam beberapa dekade terakhir ini, peta politik Iran dibingkai berdasarkan kubu kanan dan kiri yang juga dikenal dengan kubu konservatif dan reformis. Pemilu presiden dan parlemen senantiasa diarahkan ke sudut kelompok kanan atau kiri. Konsep kanan-kiri itu nyaris sama dengan konsep politik di Barat. Namun konsep itu tiba-tiba terancam rapuh setelah Ahmadinejad terpilih sebagai Presiden Iran tanpa mewakili dua kelompok yang sudah dipetakan tersebut. Bahkan Ahmadinejad sempat digolongkan dari kelompok kanan karena kebijakan-kebijakan nya yang dinilai hampir sama dengan kelompok ini.

Akan tetapi Ahmadinejad adalah Ahmadinejad. Ia adalah sosok yang tak mengenal kanan dan kiri. Siapapun yang bermasalah akan menghadapi ketegasan Ahmadinejad. Sangatlah wajar, bila Ahmadinejad disebut sebagai sosok fenomenal. Ia pun mengaku bahwa independensi berpolitik yang ditempuhnya selama ini, bersumber dari ajaran politik Imam Khomeini ra. Dalam pernyataannya, Ahmadinejad pun menyingkap kedok dibalik bingkai politik kanan-kiri dan menyebutnya sebagai struktur yang dibangun oleh Rafsanjani. Ahmadinejad bahkan berani menyatakan bahwa ketiga rivalnya (Mohsein Rezai, Mahdi Karoubi dan Mir Hossein Mousavi) tengah berhadapan dengan satu orang, yakni dirinya. Menurutnya, ketiga rival itu sama dengan Rafsanjani.

Inilah revolusi ketiga yang diserukan Ahmadinejad. Berhasilkah Ahmadinejad merealisasikan revolusi ketiga yang berhadapan dengan Rafsanjani? Ahmadinejad sengaja mengistilahkan revolusi ketiga karena revolusi pertama telah dilakukan oleh Imam Khomeini dan revolusi kedua diwujudkan oleh para mahasiswa melalui pendudukan kedutaan AS di Tehran pada awal-awal revolusi Islam Iran.

Masa tenang pemilu pilpres kesepuluh tela dimulai sejak pukul 08.00 waktu setempat, hari ini (Kamis, 11/6). Berdasarkan peraturan, segala simbol yang berhubungan dengan kandidat tertentu dilarang pada masa tenang. Pihak kepolisian segera menindak setiap oknum yang melanggar peraturan tersebut. Besok (Jumat, 12/6), digelar pemilu presiden kesepuluh Iran atau pesta rakyat yang sangat menentukan nasib masa depan rakyat Iran. Jika Ahmadinejad lolos pada putaran pertama pilpres, itu akan menjadi fenomena di Negeri Mullah ini. Kita tunggu besok!

Tidak ada komentar: