Rabu, 17 Juni 2009

Pemilu Iran Contoh Nyata Demokrasi




Print E-mail

Saat ini (tanggal 12 Juni 2009 ) rakyat Iran tengah melangsungkan pesta demokrasi di negaranya. Berbagai media massa dunia dengan seksama mengikuti perkembangan hasil pemilu pilpres ke 10 di Iran. Empat kandidat presiden bersaing ketat untuk memperebutkan suara terbanyak. Mereka adalah Mahmoud Ahmadinejad, Mir Hossein Mousavi, Mohsen Rezai dan Mehdi Karroubi. Menurut Antara, Mahmoud Ahamdinejad benar-benar memimpin dalam upayanya untuk terpilih kembali sebagai presiden Iran dengan mencatat 67,07 persen suara, Jumat, dengan hampir separuh dari kotak-kotak suara telah dihitung, demikian ketua KPU Iran.

Dari total 47,3 persen suara yang telah dihitung atau 15.251.781 suara, Ahmadinejad memperoleh 10.230.478 suara atau 67,07 persen dari seluruh suara yang telah dihitung itu. Sementara 4.628.912 suara atau 30,34 persen diraup penantang terdekatnya, mantan perdana menteri Mir Hossein Mousavi, kata Kamran Daneshjoo, ketua komisi pemilihan di kementerian dalam negeri.

Bekas komandan Garda Revolusi Mohsen Rezai berada jauh di tempat ketiga, dengan 259.456 suara atau hanya 1,7 persen, sementara mantan ketua parlemen Mehdi Karroubi tetap di tempat keempat dengan 132.935 suara atau 0,86 persen. Daneshjoo tidak mengindikasikan dari mana suara tersebut diperoleh, dengan hanya mengatakan penghitungan itu dari tempat-tempat pemungutan suara di seluruh negara itu.

Secara terpisah, seorang bekas anggota senior Dewan Keamanan Nasional, Agha Mohammadi, mengatakan Ahmadinejad mungkin akan mengakhiri hari itu dengan kemenangan tipis, untuk menghindari perlunya pemilihan putaran kedua. "Menurut informasi yang kami peroleh partisipasi pemilih akan mencapai 70 persen secara keseluruhan dan Ahmadinejad akan mendapat sedikit lebih dari 50 persen dari seluruh suara," kata Mohammadi.

Presiden Iran ini menang di daerah luar kota, dengan mencatat 33 persen suara, dan di kota-kota kecil dan sedang (34 persen). Di kota-kota besar dan di Teheran, di beberapa bagian Mousavi menang dan di beberapa bagian Ahmadinejad (yang menang).

Sementara itu menurut laporan Republika online, Jumlah pemilih yang menggunakan suaranya dalam pemilihan presiden yang sengit di Iran sangat besar. Antrian panjang terlihat disemua tempat pemungutan suara dan waktu pencoblosan terpaksa diperpanjang hingga empat jam. Presiden Mahmoud Ahmadinejad sedang berjuang keras untuk memenangkan periode kedua kepresideannya. Persaingan terutama terjadi antara Ahmadinejad yang bergaris keras melawan tokoh reformis mantan perdana menteri Mir Hossein Mousavi. Kampanye keduanya didominasi oleh persoalan ekonomi.

Kedua calon menyatakan kemenangannya dalam putaran pertama setelah pemungutan suara ditutup. Mousavi mengatakan ialah pemenangnya dan menuduh telah terjadi kecurangan yang cukup meluas. Tetapi tak lama kemudian ganti Presiden Ahmadinejad menyatakan kemenangannya. Pemilihan kali ini dipantau dari dekat oleh dunia karena perubahan sikap dari Teheran dianggap akan terbaca dari pemilihan ini. Presiden Barack Obama menyatakan kesenangannya melihat apa yang terjadi di Iran dan menyebut perubahan di negeri Mullah itu bukannya tidak mungkin. ''Pada akhirnya rakyat Iran sendirilah yang harus memutuskan,'' katanya.

''Yang kita lihat adalah berbagai kemungkinan baru. Dan siapapun yang akhirnya memenangkan pemilihan umum di Iran, fakta bahwa telah terjadi perdebatan sengit dalam pemilu, merupakan isyarat untuk mengajak mereka berhubungan dengan cara-cara baru.'' Jika satu kandidat gagal meraih mayoritas 50% suara, akan dilangsungkan putaran kedua untuk 2 peraih suara terbesar.

Akhir-akhir ini muncul lonjakan perhatian terhadap pemilihan presiden, di mana televisi menyiarkan debat antar kandidat dan kampanye dihadiri oleh ribuan pendukung yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dalam penampilan terakhirnya di televisi, Ahmadinejad menuding pesaingnya berkonspirasi dengan Israel untuk merekayasa dokumen dan gambar guna mendeskreditkan dirinya. Pesaingnya memboikot kesempatan untuk tampil di televisi, setelah sebelumnya mereka tidak diberi waktu yang sama pada jam siaran.

Namun sebenarnya rival Ahmadinejad bukannya tidak diberi kesempatan untuk tampil di televisi, tapi karena waktu yang tersisa bagi mereka terlalu sedikit makanya tiga kandidat lainnya tidak hadir untuk memberikan jawaban mereka. Hal ini muncul karena tiga kandidat lainnya memojokkan Ahmadinejad dalam debat mereka tanpa kehadiran presiden Iran. Artinya dalam debat antar kandidat lain, yang terus dipojokkan adalah Ahmadinejad. Oleh karena itu, Ahmadinejad meminta waktu untuk menjawab tudingan tersebut. Hanya saja waktu Ahmadinejad lebih banyak kerena ia harus menjawab klaim tiga kandidat lainnya.

Hasil pemilihan ini menjadi perhatian khusus kalangan luar Iran - di AS, Israel, dan ibukota Eropa - untuk mengetahui apakah mungkin akan terjadi pergeseran sikap negeri itu terhadap kalangan internasional, kata wartawan dilpomatik BBC Jonathan Marcus. Situs Christian Science Monitor Amerika Serikat menyorot perolehan suara Ahmadinejad yang jauh meninggalkan rival-rivalnya pada pemilu presiden Iran periode ke-10. Hingga berita ini diturunkan Ahmadinejad mengantongi 67 persen suara. Mengutip Tim Sukses Ahmadinejad, situs ini AS ini menyatakan, kemenangan besar kembali tercatat dalam sejarah Revolusi Islam. The Boston Globe Online juga menayangkan rekaman partisipasi luas masyarakat Iran dalam pemilu seraya menyebutkan keunggulan Ahmadinejad di hadapan para rivalnya. Sumber tadi juga membenarkan fakta bahwa mayoritas warga Iran memilih Ahmadinejad.

Waktu dilangsungkannya pemilihan juga sangat krusial, di mana AS mencoba menerapkan kebijakan baru untuk merangkul Teheran yang tidak akan bisa dijalankan hingga hasil pemilihan diketahui. Debat langsung di televisi mengakibatkan munculnya antusiasme di antara warga Iran. Analis BBC untuk urusan Iran Sadeq Saba mengatakan sebagian besar warga Iran nampaknya mendukung kandidat yang moderat, Mir Hosssain Mousavi.

Di sisi lain, Presiden Ahmadinejad menarik dukungan umumnya dari daerah miskin pedesaan dan perkotaan, sementara pesaingnya mendapat sokongan kuat dari kalangan kelas menengah dan kaum terpelajar di kota-kota. Perempuan Iran juga menunjukkan ketertarikan besar terhadap pemilihan ini dan nampaknya sebagian besar mereka akan memberikan suara untuk kandidat moderat yang telah menjanjikan lebih banyak kemerdekaan interaksi sosial. Pemungutan suara di daerah yang dihuni warga dengan keyakinan minoritas juga dipandang penting, karena biasanya mereka mendukung kandidat yang reformis.

Mousavi adalah seorang warga etnis Azeri dan diharapkan akan menangguk suara di provinsinya, sebagaimana juga Mahdi Karrubi di wilayah kelahirannya di provinsi Lorestan.

Iran diperintah dengan sistem yang dikenal dengan nama Velayat-e Faqih, atau "Pemerintahan oleh Dewan Juri Agung", yang saat ini dijabat oleh Ayatollah Ali Khamenei. Sistem ini diberlakukan dengan persetujuan dari mayoritas warga pada 1979 setelah revolusi Islam Iran menumbangkan pemerintahan otokrat Shah yang didukung Barat.

Namun konstitusi juga menyatakan bahwa rakyat adalah sumber kekuasaan dan Iran menyelenggarakan pemilihan presiden dan anggota parlemen setiap 4 tahun. Semua kandidat diusulkan oleh Dewan Pengawas yang konservatif, yang juga memiliki kuasa untuk memveto legislasi jika dianggap tidak sesuai dengan prinsip revolusi.

Debat presiden di Iran benar-benar berlangsung secara adil. Hak setiap kandidat sangat diperhatikan oleh pihak televisi Iran. Para kandidat pun dengan bebas menyodorkan program kerja mereka. Tak lupa pula saling kritik antara kandidat pun berlangsung panas. Dan kini muncul pertanyaan, apakah hal ini bisa terjadi di negara kita. Debat kandidat yang berlangsung adil tanpa dibarengi unsur-unsur tendensius dari berbagai pihak. Selain itu, antusias dan partisipasi besar warga Iran patut menjadi tauladan bagi rakyat Indonesia. Warga Iran menilai partisipasi di pemilu adalah kewajiban syar'i mereka. Sedangkan di Indonesia, gejala golput semakin besar. Warga semakin tidak percaya dengan para kandidat presiden. Janji-janji yang diusung para kandidat hanya isapan jempol belaka.

Tidak ada komentar: