Sumber : http://dinasulaeman.wordpress.com/2009/06/26/iran-di-mata-seorang-wartawan-indonesia/
Di sebuah milis, saya berdebat dengan seorang wartawan. Sebut saja namanya Mr X. Perdebatan ini saya rasa menarik juga ditaruh di blog ini karena meski Mr.X seorang wartawan, argumennya sangat sederhana, dan sangat mungkin banyak orang punya pertanyaan yang sama dgn Mr.X.
Mr.X:
“Tapi sayangnya Ahmadinejad dan aparat keamanan Iran mengotori
hasil pemilu dengan pembunuhan dan pemberangusan hak2 sipil. Hanya kurang dari seminggu sejak demonstrasi dan ketidakmpuasan sebagian rakyat Iran meletus, sudah 17 (sumber lain menyebut 19) rakyat pemrotes terbunuh di jalanan kota Tehran. Kalau masalahnya hanya sengketa pemilu dan pemerintah Iran yakin benar tidak ada kecurangan atau politicking, kenapa harus membunuhi rakyatnya sendiri dan membungkam media?? Jumlah yang ditangkap, ditahan, disiksa mencapai ratusan orang lebih, banyak dari pada jumlah wartawan asing yang konon 400-an.”
Saya menjawabnya kalimat per kalimat sbb (dan sengaja menggunakan sumber2 Barat sendiri, supaya lebih bisa dipercaya oleh sebagian kalangan yg memang western-minded):
1> Mr X:
Tapi sayangnya Ahmadinejad dan aparat keamanan Iran mengotori
hasil pemilu dengan pembunuhan dan pemberangusan hak2 sipil.
Dina:
Pembunuhan di Tehran dilakukan oleh “unidentified gunman” (media2 Barat pun memakai kata ini).. lalu kenapa tiba2 Anda menuduh mereka itu orgnya Ahmadinejad? Wartawan macam apa Anda?
2> Mr X:
Hanya kurang dari seminggu sejak demonstrasi dan ketidakmpuasan sebagian rakyat Iran meletus, sudah 17 (sumber lain menyebut 19) rakyat pemrotes terbunuh di jalanan kota Tehran.
Dina:
17 atau 19 yang tewas itu, Anda tau siapa saja mereka? 8 org di antaranya anggota Basij (tentara sukarela), 2 org syahid di mesjid Lulagar, beberapa ibu dan anak di TK Awa-y Baran (mesjid dan TK itu dibakar para peserta demo dukung Musavi). Apa ini salah Ahmadinejad juga? Kalau Anda jawab ya, I have nothing more to say… Gaya Anda persis seperti gaya NY Times (apa itu..baca aja sendiri di sini )
3>Mr X:
Kalau masalahnya hanya sengketa pemilu dan pemerintah Iran yakin benar tidak ada kecurangan atau politicking, kenapa harus membunuhi rakyatnya sendiri dan membungkam media??
Dina:
Anda tu wartawan, baca nggak sih, kronologi kejadiannya? Kalau wartawan gak tau kronologi suatu peristiwa, lalu nulis, bisa kebayang seperti apa kualitasnya.
Saya ulangi lagi ya, kronologinya begini:
Dua jam setelah hasil pemilu kedua (tiap satu jam ada update hasil pemilu… nah, setelah update ke dua kalinya), Mousavi langsung gelar konferensi pers, menyatakan ada kecurangan, dirinya menang 54%, dan menyerukan esok hari pendukungnya turun ke jalan.
Kata James Corbett, Mir-Houssein Mousavi declares victory hours before the polls close, insuring that any result to the contrary will be called into question. (Ngerti English kan?) Kata Thierry Meyssan, sblm penghitungan selesai, SMS gelap sudah tersebarluas, isinya “Mousavi dinyatakan Menang oleh KPU”. Langkah ini dilakukan utk mempersiapkan publik agar mau terima tuduhan kecurangan yg dilemparkan Mousavi jika ia kalah. Bahkan, tulis Meyssan: However, three days earlier, M. Mousavi and his friends were considering a massive victory of M. Ahmadinejad as certain and were trying to explain it by unbalanced campaigns. (terjemahin sendiri dweh)
FYI, ini link-nya:
Tulisan Meyssan
Tulisan James Corbett
4>Mr X:
Jumlah yang ditangkap, ditahan, disiksa mencapai ratusan
orang lebih, banyak dari pada jumlah wartawan asing yang konon 400-an.
Dina:
-Ditangkap dan ditahan ratusan orang, ya. Itupun terjadi setelah sepekan pendemo merusak kota, sudah dibaik-baikin malah tambah beringas (kalau Anda menonton Al Alam—ngerti bahasa Arab kan?—Anda bisa lihat gambar/video betapa beringasnya para demonstran pro Mousavi dan betapa mazlumnya polisi Iran)
-Disiksa? Dari mana Anda dapatkan faktanya? Another lie!
-Anda pakai ‘konon’, artinya, sama sekali tak valid
-Pernyataan resmi dari pemerintah Iran: hanya BBC, CNN, Reuters, dan Al Arabiya yg diusir, dan sampai saat ini 170 wartawan asing masih bertugas di Iran. Anda mau pake argumen: pemerintah Iran bohong? Klise!
Saya akhiri dengan mengutip kata2 Paul Craig Roberts:
“President Obama called on the Iranian government to allow protesters to control the streets in Tehran. Would Obama or any US president allow protesters to control the streets in Washington , D.C. ? “
Sebagai penutup, ini deskripsi dari seorang bernama MK dalam menilai gaya media Barat dalam meliput Iran:
(1) bila kerja jurnalistikmu dilarang, berdustalah;
(2) bila ga ada sumber, bikin sumber2 sendiri;
(3) bila sumbernya bicara sesuatu yg tak kau sukai, pakai yg kau sukai
dan buang selebihnya;
(4) pakailah sumber apa saja (youtube, twitter, sms gelap,
surat kaleng) untuk membuat berita (baca: gosip2 murahan);
(5) diktatorkan pihak2 selain pihak yg kau bela, sehingga kau punya legitimasi moral untuk tak melakukan cover all sides bahkan berhak mendemonisasi mereka habis2an;
(6) bila dusta2 lama pelan2 terkuak, ciptakan sebanyak mungkin dusta2 baru biar publik lupa dengan yg lama2 dan tak benar2 tuntas memverifikasi/memfalsifikasi;
(7) bila ada korban2 demonisasi yg membela diri, babat dengan tuduhan bahwa mereka terlalu paranoid, konspiratoris dan sebagainya.
Mudah2an wartawan dan media2 di Indonesia tidak mau jadi perpanjangan mulut Barat (dalam kasus apapun, tidak hanya tentang Iran), dan mau memberitakan segala sesuatu secara adil, bernurani, dan jujur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar