“Gerbong Sakit Hati”
Montazeri
Murid Ayatullah Uzhma Borujerdi dan Imam Khomeini yang dilengserkan dari posisinya sebagai kandidat Pemimpin Tertinggi karena sikap dan pernyataannya yang dinilai bertentangan dengan kriteria dan kualifikasi posisi tersebut.
Sikap Politik : Sebagai salah satu marja’ yang masih ditaqlid oleh penduduk kota kelahirannya, Najaf-Abad, ia secara konstan mengkritik Pemimpin Tertinggi, Ayatullah Uzhma Ali Khamenei dan kebijakan Pemerintah Iran.
Shanei :
Murid Imam Khomeini, mantan Jaksa Agung, mantan Anggota Dewan Garda dan mantan anggota Dewan Ahli.
Sikap politik :
Sejak wafat Imam Khomeini, ia selalu menunjukkan sikap kritis terhadap Pemerintah dan sistem RII. Ia secara terbuka memberikan dukungan terhadap gerakan reformasi yang diprakarsai oleh para tokoh politik “sakit hati”.
Hashemi Rafsanjani
Murid Imam Khomeini, Anggota Dewan Revolusi, Ketua Parlemen dua periode, Presiden dua periode, Ketua Dewan Penentu Kemaslahatan (yang menjadi mediator Dewan Garda dan Parlemen), Ketua Dewan Ahli.
Sikap politik : Sejak kalah dalam pilpres empat tahun silam oleh Ahmadinejad menunjukkan sikap kritis secara terus menerus dan membentuk koalisi yang berusaha mengganjal Pemerintahan MAN. Dalam pilpres Iran, Hashemi mendukung semua capres rival Ahmadinejad, terutama Mir Hosein Mousavi.
Khatami:
Mantan Menteri Kebudayaan dan mantan Presiden dua periode.
Sikap politik :
Selama menjadi presiden Iran, ia mengedepankan “détente” (peredaan ketegangan) melalui gagasan “Dialog antar-peradaban” dengan tujuan mengubah pandangan dan sikap Barat terhadap Iran. Namun, upayanya gagal. Meski demikian, ia tetap disanjung oleh Barat sebagai tokoh reformis.
Dalam pilpres lalu, mertua Hasan Khomeini (putra Ahmad Khomeini) ini mendukung Mir Hosein Mousavi dan secara lantang menuntut pilpres ulang.
Mir Hosein Mousavi:
Mantan Perdana Menteri pada masa Presiden Ali Khamenei.
Sikap politik:
Sejak semula berkoalisi dengan Khatami dan grup “reformis”, terutama Khatami.
Ia secara terbuka mengklaim dirinya sebagai pemenang bahkan sebelum pilpres dilaksanakan. Saat terbukti kalah dengan silisih jauh dengan Ahmadinejad, ia menjadi kalap seraya menuntut pemilu ulang. Anehnya, dia juga tidak menempuh jalur konsitusional dengan mengajukan gugatan beserta bukti ke Dewan Garda, malah mendukung aksi protes jalanan yang mengakibatkan kekacauan di Tehran. Bahkan setelah Pemimpin Tertinggi memberikan seruan penghentian aksi demo jalanan, ia dan Faezeh melakukan aksi demo bersama para pendukungnya.
Karrubi :
Mantan Ketua Parlemen dua periode, mantan Ketua Ikatan Ulama Pejuang (berhaluan kiri).
Sikap politik :
Sejak semula mengklaim sebagai ulama-politikus yang moderat. Pada pilpres lalu kalah dan mencalonkan kembali dan mendapat suara paling sedikit, sekitar 350.000 suara.
Ia menolak hasil pilpres dan menuntut pemilu ulang. Anehnya, dia dan Mousavi tidak mengajukan gugutan ke Dewan Garda namun mendukung demonstrasi yang berujung pada anarkisme.
Faezeh Hashemi
Putri Rafsanjani dan menantu Ayatullah Lahuti yang sempat kecewa terhadap Pemerintah dan Imam Khomeini karena dua putranya, dihukum mati ata tuduhan keterlibatan dalam jaringan teroris MKO beberapa tahun silam pada masa Imam Khomeini.
Sikap politik : Ia adalah salah pendukung Mousavi dan menjadi orator dalam demonstrasi Sabtu lalu, yang telah dinyatakan sebagai aksi inkonstitusional berdasarkan seruan Pemimpin Tertinggi, Khamenei.
Sesuai janji Kepala Kepolisian yang akan menindak tegas pelaku aksi demo ilegal, Faezeh dan empat orang anggota keluarganya ditahan. Namun, karena beberapa pertimbangan, ia dilepaskan. Dalam pernyataan resmi Kepolisian Iran, disebutkan bahwa Faezeh tidak ditahan namun diamankan.
Mohtashemi :
Murid Imam Khomeini, mantan Dubes Iran untuk Suriah pada masa Imam Khomeini.
Sikap politik :
Meski dikenal sebagai salah satu pengagas Hezbollah Lebanon dan pada masa itu dianggap sebagai tokoh garis kanan, setelah wafat Imam Khomeini, ia menyulap dirinya menjadi “sangat kiri” seraya terus melanacarkan kritis terhadap Pemerintah.
Ia bersama Karrubi dan Khatami menolak hasil pilpres dan menuntut pemilu ulang.
Mohajerani :Mantan Menteri Kebudayaan era Khatami yang dikenal sangat liberal. Kini menetap di Inggris. Ia adalah suami tokoh reformis perempuan, Jamilah Kadivar, adik intelektual ulama-liberal, Mohsen Kadivar, ini
Sikap politik :
Menuntut pembatasan wewenang Wali Faqih dan kebebasan pers, terutama media televisi.
Dalam pilpres Iran lalu, secara aktif memberikan dukungan terhadap Mousavi melalui wawancara dengan pelbagai media massa Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar