Selasa, 16 Juni 2009

Kilas Balik Pemilu Iran: Pemerintah Pelayan Rakyat Menang atas Pemerintah Borjuis (2)


Seorang nenek mendukung Ahmadinejad

Dalam proses penghitungan suara dan pengumuman perolehan suara sementara yang diumumkan pertamakalinya oleh Komisi Pemilihan Umum Iran sekitar pukul 1 dini hari waktu Iran, Ahmadinejad mendapat 7 juta suara dan Mousavi mendapat 2 juta suara. Satu jam setelahnya pengumuman kedua menyebut Ahmadinejad meraih 10 juta suara sementara Mousavi mendapat tiga juta. Meyaksikan perolehan suara sementara Ahmdinejad yang secara konstan terus mengungguli Mousavi, karuan saja kubu Reformasi mendorong mantan perdana menteri terakhir Iran ini untuk melakukan konferensi pers guna memprofokasi situasi agar menguntungkan mereka. Dalam konferensi persnya Mir Hossein Mousavi mengatakan, “Hasil pemilihan umum presiden ke-10 sangat mengejutkan. Rakyat yang ikut dalam antrian panjang mengetahui kepada siapa mereka memilih. Rakyat dengan penuh keheranan tidak percaya akan sulapan anggota KPU dan Radio dan Televisi Iran. Masyarakat ingin tahu bagaimana dan oleh siapa rencana besar ini dilakukan. Saya menyatakan protes keras atas proses yang ada mengenai kecurangan transparan pemilu dan memperingatkan bahwa saya tidak akan menerima kondisi berbahaya ini. Hasil yang ada bukti dari ketidakamanahan KPU dan kami melihat yang ada adalah semakin goyahnya tonggak-tonggak Republik Islam Iran dan pemerintah pembohong dan penindas. Sesuai dengan kewajiban syariat dan hukum, saya akan membongkar rahasia di balik semua ini. Saya juga akan menjelaskan dampaknya yang merusak negara. Saya takut berlanjutnya kondisi yang ada mengubah tokoh-tokoh berpengaruh Iran menjadi sekedar pembenar dan pembohong dalam menghadapi rakyat dan dunia dan akhirat mereka tengah terancam dan tidak bisa ditutupi.”Mehdi Karoubi, kandidat lain pilpres ke-10 Iran tidak melakukan konferensi tapi mengeluarkan pernyataan dan mencoba membandingkan dirinya dengan Ayatullah Mudarris dan menyebut telah terjadi kecurangan dalam penghitungan suara. Tampaknya Karoubi lupa betapa ketua tim suksesnya Gholamreza Karbaschi yang mengiringinya ke sebuah tempat pemungutan suara tidak memberikan suaranya kepada Karoubi. Berbeda dengan Karoubi yang telah memasukkan suaranya ke kotak suara, Karbaschi tidak jadi memilih. Ia langsung keluar dari sana menuju Universitas Amir Kabir dan mencoblos di sana. Karbaschi saat akan akan memasukkan suaranya ke kotak suara berbalik menghadap para mahasiswa yang tengah anti memilih lalu menunjukkan kertas suaranya kepada mereka bahwa ia memilih Mir Hossein Mousavi.Benar, Mehdi Karoubi telah dihianati sendiri oleh ketua tim suksesnya yang rencananya bila terpilih sebagai presiden, Karbaschi akan dijadikan Wakil Presiden Iran. Semua rakyat Iran masih tidak lupa betapa dalam film kampanye kedua Karoubi, yang lebih berperan di situ adalah Karbaschi, mantan wali kota Tehran yang korup dan bukan Karoubi. Semua juga tahu bahwa Karbaschi diletakkan oleh kubu Reformasi ke pihak Karoubi untuk mengontrolnya agar tidak merusak perolehan suara Mousavi. Karena mereka tahu ketika menjabat sebagai Ketua Parlemen Iran, Karoubi banyak merugikan mereka.Kembali pada Mir Hossein Mousavi.Mir Hossein Mousavi mungkin lupa saat masih menjabat sebagai Perdana Menteri Republik Islam Iran pada hari Sabtu tanggal 8 Tir 1365 (29 Juni 1986) di akhir sidang kabinet saat menjawab pertanyaan para wartawan mengenai adanya kecurangan dalam pemilu sela legislatif ia menjawab, "Dalam pemilu yang diawasi oleh semua rakyat, Dewan Garda Konstitusi dan para ulama, pemerintah tidak bisa ikut campur." Namun anehnya, ketika penghitungan perolehan suara belum berakhir, ia muncul dalam konferensi pers dan menyebut ada kecurangan yang dilakukan oleh KPU.Selain itu, untuk pertama kalinya dalam pemilu Iran Komisi Pemilihan Umum membolehkan setiap kandidat untuk mengirimkan wakilnya untuk mengawasi jalannya pemilu.Lebih menarik lagi, dalam konferensi pers yang dilakukannya tanpa memberikan kesempatan para wartawan untuk bertanya, Mir Hossein Mousavi mengklaim meraih suara terbanyak sebesar 30 juta suara. Untuk itu ia mengatakan kepada para pendukungnya agar segera menyiapkan pesta kemenangan keesokan harinya. Padahal di Tehran yang diklaim sebagai daerah pendukung terbanyak kubu Reformasi, Mousavi hanya mendapat 3.371.523 suara, sementara Ahmadinejad mengunggulinya dengan jumlah suara 3.819.495. Ini menunjukkan Mousavi dan kubu Reformasi kalah di hampir semua daerah bahkan Tehran, kecuali di beberapa kota.Sayangnya kubu Reformasi yang begitu mengelu-elukan demokrasi masih belum memahami sebenarnya apa yang mereka perjuangkan selama ini. Alih-alih mengakui kekalahannya, mereka malah mengeluarkan sejumlah pernyataan provokasi kepada para pendukungnya untuk melakukan aksi kekerasan. Mulai dari surat terbuka Ali Akbar Hashemi Rafsanjani kepada Ayatullah Sayyid Ali Khamenei, hingga isterinya saat memasukkan suaranya ke kotak suara. Mengenai peran keluarga Rafsanjani dalam menggalang dukungan kepada Mir Hossein Mousavi melawan Mahmoud Ahmadinejad akan dijelaskan dalam tulisan mendatang.

Tidak ada komentar: