Selasa, 30 Juni 2009

Obama, CIA, Ahmadinejad (Paul Joseph Watson)

sumber http://dinasulaeman.wordpress.com/

Catatan:

Artikel ini saya sarikan dari tulisan Paul Joseph Watson “Obama Claims CIA Involvement In Iran “Patently False”. Dan ini merupakan posting terakhir saya di blog ini terkait pilpres Iran 2009. I’m going back to my daily routine. Tulisan ini dan tulisan2 sebelumnya di blog ini sudah lebih dari cukup untuk menjawab berbagai tuduhan seputar Iran. Saya bukan sedang membela Iran karena Iran tak butuh pembelaan siapapun, apalagi dari orang kayak saya. Tapi, saya hanya sekedar ingin membantu memberikan jawaban kepada orang-orang yang punya pertanyaan dalam hati mereka…

Obama, CIA, Ahmadinejad (Paul Joseph Watson)

President Barack Obama akhirnya menanggapi berbagai analisis dan tulisan yang menyebutkan bahwa CIA ada di belakang kekisruhan politik yang terjadi di Iran pasca-pemilu. Menurut Obama, tuduhan itu “sangat salah”.

Padahal, bukti-bukti menunjukkan bahwa justru keterlibatan CIA dalam menciptakan ketidakstabilan di Iran atas persetujuan pemerintah AS dan programnya sudah dimulai sejak dua tahun yll. Pada bulan May 2007, President George W. Bush telah menyetujui CIA untuk melakukan operasi hitam dengan tujuan menumbangkan rezim di Iran. Langkah yang dilakukan adalah: dengan propaganda dan penyebaran informasi sesat, dan dengan membiayai Jundullah, salah satu kaki-tangan Al-Qaeda yang pernah diketuai otak 9/11 Khalid Sheikh Mohammed. Kelompok ini merupakan tertuduh pelaku sejumlah pengeboman di Iran yang bertujuan mendestabilisasi pemerintahan Ahmadinejad.

Selain itu, organisasi terroris Mujahedeen-e Khalq, yang dulu pernah dikendalikan oleh intelijen Irak di bawah Saddam Hussein saat ini bekerja khusus untuk CIA dan melakukan berbagai pengeboman di Iran. Sejumlah besar anggota Mujahedeen-e Khalq ditahan oleh pemerintah Iran, menyusul berbagai kerusuhan pasca pemilu. CIA juga dilaporkan telah mendistribusikan 400 juta dollars di dalam Iran untuk memunculkan revolusi.

Program CIA yang disetujui Bush ini juga meliputi pendanaan kelompok-kelompok oposisi dan menyediakan perlengkapan komunikasi yang mampu membuat para demonstran bisa tetap berkomunikasi meskipun ada sensor pemerintah. Twitter dan web-web jaringan social telah memainkan peranan kunci dalam hal ini. Pemerintah AS bahkan meminta Twitter.com untuk menunda proses maintenance yang telah dijadwalkan, supaya orang Iran bisa tetap memanfaatkan Twitter untuk melaporkan situasi kerusuhan.

CIA dan Mossad telah menciptakan feed palsu Twitter dan membanjiri rakyat Iran dengan SMS yang mendorong mereka untuk terlibat dalam kerusuhan. Menurut Thierry Meyssan, sblm penghitungan selesai, SMS gelap sudah tersebarluas, isinya “Mousavi dinyatakan Menang oleh KPU”. Langkah ini dilakukan untuk mempersiapkan publik agar mau terima tuduhan kecurangan yang dilemparkan Mousavi jika ia kalah. Meyssan juga menulis bahwa CIA dan Mossad menggunakan Twitter untuk menyebarkan laporan palsu tentang pertempuran bersenjata dan kematian, yang tidak pernah dikonfimasi, untuk membangkitkan amarah rakyat Iran karena mengira teman-teman sebangsa mereka sedang diperlakukan brutal oleh pemerintah.

Fakta lain juga menujukkan bahwa account Twitter yang digunakan untuk mengirim pesan-pesan selama protests adalah account yang baru saja dibuat dan sebelum aksi protes dimulai, account itu tidak pernah dipakai untuk mengirim pesan. (Artinya, account itu memang sengaja dibuat untuk mengacau situasi di Iran—Dina)

Dua tokoh neokonservatif yang punya kaitan erat dengan kalangan militer AS, seperti John Bolton dan Henry Kissinger selama bertahun-tahun yang lalu telah menyerukan CIA untuk mendanai sebuah “Revolusi Berwarna” di Iran untuk mengubah rezim di sana.

Dan sejarah juga mencatat, CIA sebelumnya pada 1953 pernah mendalangi sebuah kudeta di Iran, yang menggulingkan Perdana Menteri yang terpilih secara demokratis, Mohammed Mossadegh, melalui “Operasi Ajax”. Skenario yang dilakukan pada saat itu adalah dengan aksi-aksi pengeboman dan pembunuhan, lalu pemerintah Mossadegh dituduh sebagai pelaku semua tragedi berdarah itu. Selama masa “Operasi Ajax”, CIA juga menyuap pejabat pemerintahan Iran, bisnismen, dan reporter, serta membayar orang-orang Iran untuk turun ke jalan berdemo menentang Mossadegh.

Penutup (oleh Dina)

Dalam pidatonya di Kairo, Obama mengakui peran AS dalam “mengkudeta sebuah pemerintahan yang terpilih secara demokratis”. Mossadegh memang akhirnya tumbang, dan naiklah Syah Reza Pahlevi sebagai Raja Iran. Konsesi-konsesi atas ladang minyak dan gas di Iran yang sangat kaya (yang tadinya oleh Mossadegh dinasionalisasi) akhirnya kembali ke perusahaan-perusahaan AS. Tahun 1979, Syah Pahlevi ditumbangkan oleh aksi-aksi demonstrasi rakyat di bawah pimpinan Imam Khomeini.

Dan kini, tahun 2009, CIA ingin mengulangi skenario yang serupa. Namun rupanya Iran sudah berubah. Rezim Mullah ternyata tak sama denganRezim Mossadegh. Setelah melalui dua pekan gelombang kerusuhan (dan menggunakan simbol warna hijau, meniru-niru “Revolusi Berwarna” di beberapa negara Balkan yang didanai oleh AS), Rezim Mullah tetap bertahan. Dan situasi kini kembali seperti apa yang memang sudah terjadi selama 30 tahun terakhir: anjing mengonggong kafilah berlalu.

foto-foto exclusive pemilu iran

gambar-gambar berikut....

Aksi pendukung Musavi, mereka anak2 muda; kereng2, bapaknya kaya dan sedikit

Aksi pendukung Ahmadi Nejad, mereka mahasiswa, pelajar agama, nda
kerenji tapi banyak
Tante-tante pendukung Musavi

Nenek-nenek pendukung Ahmadi Nejad

AS dan Israel prihatin dengan hasil pemilu Iran karena Ahmadi Nejad yang menang, kalau Musavi, mungkin mereka akan berbicara lain.... Wallahu 'alam bishshawwab

Iran di Mata Seorang Wartawan Indonesia

Sumber : http://dinasulaeman.wordpress.com/2009/06/26/iran-di-mata-seorang-wartawan-indonesia/


Di sebuah milis, saya berdebat dengan seorang wartawan. Sebut saja namanya Mr X. Perdebatan ini saya rasa menarik juga ditaruh di blog ini karena meski Mr.X seorang wartawan, argumennya sangat sederhana, dan sangat mungkin banyak orang punya pertanyaan yang sama dgn Mr.X.

Mr.X:
“Tapi sayangnya Ahmadinejad dan aparat keamanan Iran mengotori
hasil pemilu dengan pembunuhan dan pemberangusan hak2 sipil. Hanya kurang dari seminggu sejak demonstrasi dan ketidakmpuasan sebagian rakyat Iran meletus, sudah 17 (sumber lain menyebut 19) rakyat pemrotes terbunuh di jalanan kota Tehran. Kalau masalahnya hanya sengketa pemilu dan pemerintah Iran yakin benar tidak ada kecurangan atau politicking, kenapa harus membunuhi rakyatnya sendiri dan membungkam media?? Jumlah yang ditangkap, ditahan, disiksa mencapai ratusan orang lebih, banyak dari pada jumlah wartawan asing yang konon 400-an.”

Saya menjawabnya kalimat per kalimat sbb (dan sengaja menggunakan sumber2 Barat sendiri, supaya lebih bisa dipercaya oleh sebagian kalangan yg memang western-minded):

1> Mr X:
Tapi sayangnya Ahmadinejad dan aparat keamanan Iran mengotori
hasil pemilu dengan pembunuhan dan pemberangusan hak2 sipil.

Dina:
Pembunuhan di Tehran dilakukan oleh “unidentified gunman” (media2 Barat pun memakai kata ini).. lalu kenapa tiba2 Anda menuduh mereka itu orgnya Ahmadinejad? Wartawan macam apa Anda?

2> Mr X:
Hanya kurang dari seminggu sejak demonstrasi dan ketidakmpuasan sebagian rakyat Iran meletus, sudah 17 (sumber lain menyebut 19) rakyat pemrotes terbunuh di jalanan kota Tehran.

Dina:
17 atau 19 yang tewas itu, Anda tau siapa saja mereka? 8 org di antaranya anggota Basij (tentara sukarela), 2 org syahid di mesjid Lulagar, beberapa ibu dan anak di TK Awa-y Baran (mesjid dan TK itu dibakar para peserta demo dukung Musavi). Apa ini salah Ahmadinejad juga? Kalau Anda jawab ya, I have nothing more to say… Gaya Anda persis seperti gaya NY Times (apa itu..baca aja sendiri di sini )

3>Mr X:
Kalau masalahnya hanya sengketa pemilu dan pemerintah Iran yakin benar tidak ada kecurangan atau politicking, kenapa harus membunuhi rakyatnya sendiri dan membungkam media??

Dina:
Anda tu wartawan, baca nggak sih, kronologi kejadiannya? Kalau wartawan gak tau kronologi suatu peristiwa, lalu nulis, bisa kebayang seperti apa kualitasnya.

Saya ulangi lagi ya, kronologinya begini:
Dua jam setelah hasil pemilu kedua (tiap satu jam ada update hasil pemilu… nah, setelah update ke dua kalinya), Mousavi langsung gelar konferensi pers, menyatakan ada kecurangan, dirinya menang 54%, dan menyerukan esok hari pendukungnya turun ke jalan.

Kata James Corbett, Mir-Houssein Mousavi declares victory hours before the polls close, insuring that any result to the contrary will be called into question. (Ngerti English kan?) Kata Thierry Meyssan, sblm penghitungan selesai, SMS gelap sudah tersebarluas, isinya “Mousavi dinyatakan Menang oleh KPU”. Langkah ini dilakukan utk mempersiapkan publik agar mau terima tuduhan kecurangan yg dilemparkan Mousavi jika ia kalah. Bahkan, tulis Meyssan: However, three days earlier, M. Mousavi and his friends were considering a massive victory of M. Ahmadinejad as certain and were trying to explain it by unbalanced campaigns. (terjemahin sendiri dweh)

FYI, ini link-nya:
Tulisan Meyssan
Tulisan James Corbett

4>Mr X:
Jumlah yang ditangkap, ditahan, disiksa mencapai ratusan
orang lebih, banyak dari pada jumlah wartawan asing yang konon 400-an.

Dina:
-Ditangkap dan ditahan ratusan orang, ya. Itupun terjadi setelah sepekan pendemo merusak kota, sudah dibaik-baikin malah tambah beringas (kalau Anda menonton Al Alam—ngerti bahasa Arab kan?—Anda bisa lihat gambar/video betapa beringasnya para demonstran pro Mousavi dan betapa mazlumnya polisi Iran)
-Disiksa? Dari mana Anda dapatkan faktanya? Another lie!
-Anda pakai ‘konon’, artinya, sama sekali tak valid
-Pernyataan resmi dari pemerintah Iran: hanya BBC, CNN, Reuters, dan Al Arabiya yg diusir, dan sampai saat ini 170 wartawan asing masih bertugas di Iran. Anda mau pake argumen: pemerintah Iran bohong? Klise!

Saya akhiri dengan mengutip kata2 Paul Craig Roberts:

“President Obama called on the Iranian government to allow protesters to control the streets in Tehran. Would Obama or any US president allow protesters to control the streets in Washington , D.C. ? “

Sebagai penutup, ini deskripsi dari seorang bernama MK dalam menilai gaya media Barat dalam meliput Iran:

(1) bila kerja jurnalistikmu dilarang, berdustalah;
(2) bila ga ada sumber, bikin sumber2 sendiri;
(3) bila sumbernya bicara sesuatu yg tak kau sukai, pakai yg kau sukai
dan buang selebihnya;
(4) pakailah sumber apa saja (youtube, twitter, sms gelap,
surat kaleng) untuk membuat berita (baca: gosip2 murahan);
(5) diktatorkan pihak2 selain pihak yg kau bela, sehingga kau punya legitimasi moral untuk tak melakukan cover all sides bahkan berhak mendemonisasi mereka habis2an;
(6) bila dusta2 lama pelan2 terkuak, ciptakan sebanyak mungkin dusta2 baru biar publik lupa dengan yg lama2 dan tak benar2 tuntas memverifikasi/memfalsifikasi;
(7) bila ada korban2 demonisasi yg membela diri, babat dengan tuduhan bahwa mereka terlalu paranoid, konspiratoris dan sebagainya.

Mudah2an wartawan dan media2 di Indonesia tidak mau jadi perpanjangan mulut Barat (dalam kasus apapun, tidak hanya tentang Iran), dan mau memberitakan segala sesuatu secara adil, bernurani, dan jujur.

Tantang Barat, Ahmadinejad Kembali Suarakan Revolusi Islam

Rabu, 01 July 2009 Sample ImagePresiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad, menyatakan bahwa para musuh Revolusi Islam merancang konspirasi terselubung dan terbuka untuk melakukan penggulingan lembut, namun mereka gagal mencapai ambisi. Sebagaimana dilaporkan IRIB, Ahmadinejad dalam pertemuan perdana dengan para personel Departemen Intelejen setelah kemenangannya dalam pemilu presiden kesepuluh, mengapresiasi upaya departemen ini dalam mengantisipasi, mengidentifikasi dan menghadapi para anasir konspirator dalam negeri yang berhubungan dengan pihak-pihak asing.

Seraya menyinggung bahwa pemilu presiden Iran kesepuluh pada dasarnya merupakan sejenis referendum pada Republik Islam Iran, Ahmadinejad mengatakan, "Bangsa Iran telah menang dalam menempuh jalan ini." Dalam kesempatan tersebut, Presiden terpilih Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad meyinggung tujuan-tujuan musuh Revolusi Islam, dan mengatakan, "Musuh bertujuan melemahkan kekuatan bangsa Iran atau pemilu negara ini yang dihadiri oleh 85 persen rakyat negara ini. Namun jika gerakan positif dan gelombang demokrasi yang tampak pada bangsa Iran, berada di tengah konstelasi politik dunia, maka hal itu akan membahayakan kepentingan negara-negara arogan."

Lebih lanjut Ahmadinejad menyebut esensi Revolusi Islam Iran sebagai pendobrak monopoli dua kutub dunia, adidaya militer di konstelasi politik, monopoli sains dan teknologi dan monopoli teori manajemen dunia. Dikatakannya pula, "Kami menghendaki perubahan dalam berinteraksi dengan dunia. Untuk itu, kami harus menggunakan kapasitas dunia guna menghancurkan kekuatan arogan."

Dalam kesempatan tersebut, Ahmadinejad menyebut perubahan serta pembangunan Iran dan dunia sebagai dua hal yang saling berkaitan. Dikatakannya, "Dari satu sisi, Revolusi Islam Iran menciptakan perubahan dasar dalam memenej pemikiran, budaya dan norma, sedangkan dari sisi lain, revolusi Islam juga melakukan perubahan mendasar dalam konstelasi dunia."

Amerika Tarik Pasukannya dari Irak, Rakyat Irak Pesta Pora

Tentara Amerika
Kejamnya tentara Amerika
Tentara Amerika Serikat secara resmi tidak lagi mengendalikan keamanan kota-kota di Irak, termasuk Bagdad, mulai Selasa (30/6) pukul 00.01 dini hari. Warga Bagdad merayakan perginya tentara Amerika dengan pesta kembang api.

"Penarikan tentara Amerika sudah selesai sekarang dari seluruh kota-kota setelah semua yang mereka korbankan demi keamanan," kata Sadiq al-Rikabi, seorang penasehat Perdana Menteri Nouri al-Maliki. "Sekarang kita merayakan pemulihan kedaulatan."
Perginya tentara Amerika dari Bagdad--dan tentara Irak bertanggung jawab penuh atas keamanan kota--dirayakan dengan pesta. Ribuan orang datang sebuah alun-alun merayakan dan mendengarkan lagu-lagu patriotik.

Pengeras suara di kantor polisi serta pos penjagaan tentara juga memutar lagu-lagu patriotis sepanjang hari. Mobil militer Irak pun dihias dengan kembang dan bendera saat berpatroli di Bagdad.

"Kita semua--Syiah, Sunni, atau Kurdi--senang pada hari ini," kata salah satu warga, Waleed al-Bahadili, yang ikut merayakan di taman. "Amerika terlalu merusak dan menghina."

Perdana Menteri al-Maliki pun menyatakan 30 Juni sebagai Hari Kedaulatan Nasional.

Kudeta di Honduras: Kudeta pertama Obama

Zelaya Manuel
Manuel Zelaya: Presiden Honduras
(Minggu, 28 Juni 2009), waktu Caracas, Presiden Honduras Manuel Zelaya berbicara langsung di Telesur dari San Jose, Kosta Rika. Dia telah memverifikasi sejumlah tentara memasuki kediamannya di pagi hari, menembakkan senjata dan mengancam untuk membunuh dia beserta keluarganya jika ia melawan kudeta tersebut. Dia dipaksa pergi bersama beberapa prajurit yang membawa dia ke bandara udara menerbangkan dia Kosta Rika. Dia telah meminta Pemerintah AS membuat pernyataan publik yang mengecam kudeta ini, jika tidak, ini akan menunjukkan keterlibatan mereka].
...Ini merupakan pagi yang menyesakkan, terutama bagi jutaan rakyat Honduras yang tengah mempersiapkan diri mereka untuk melaksanakan hak suci memberikan suara pada hari ini (Minggu, 28 Juni 2009) untuk pertama kalinya dalam sebuah referendum konsultatif mengenai masa depan pembentukan sebuah majelis konstitusi untuk mereformasi konstitusi. Diduga objek utama kontroversi pada hari ini adalah referendum itu sendiri, yang sejatinya tidak mengikat tetapi hanya sebuah jajak pendapat untuk menentukan apakah mayoritas warga Honduras menginginkan adanya suatu proses untuk mengubah konstitusi mereka.

Inisiatif seperti itu belum pernah terjadi di negara Amerika Tengah ini. Honduras memiliki sebuah konstitusi yang sangat terbatas, yang hanya memungkinkan partisipasi minimal dari masyarakat Honduras dalam proses politik. Konstitusi yang sekarang, yang ditulis pada 1982, era perang kotor pemerintah Reagan di Amerika Tengah, dirancang untuk memastikan orang-orang yang berkuasa, baik secara ekonomi maupun politik, akan tetap berkuasa dengan sedikit peran dari rakyat. Zelaya, dipilih pada November 2005 di atas platform Partai Liberal Honduras, telah mengusulkan agar jajak pendapat dilakukan untuk menentukan apakah mayoritas warga sepakat bahwa reformasi konstitusi diperlukan. Dia didukung oleh mayoritas serikat buruh dan gerakan sosial di negeri itu....[referendum ini ditentang oleh kekuatan konservatif dan nasionalis Honduras, termasuk kekuatan angkatan bersenjata di dalamnya--red.]

....Presiden Bolivia Evo Morales dan Venezuela Hugo Chávez telah membuat pernyataan publik pada hari Minggu pagi yang mengecam kudeta di Honduras dan menyerukan kepada komunitas internasional untuk bereaksi dan memastikan demokrasi dipulihkan serta presiden konstitusional dikembalikan ke posisinya. Terakhir pada Rabu 24 Juni, sebuah pertemuan luar biasa negara-negara anggota Bolivarian Alternative for Americas (ALBA), dimana Honduras adalah anggotanya, dilangsungkan di Venezuela untuk menyambut Ekuador, Antigua & Barbados, serta St Vincent sebagai anggota-anggotanya. Selama pertemuan, yang dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Honduras, Patricia Rodas, sebuah pernyataan dibacakan mendukung Presiden Zelaya dan mengecam setiap upaya untuk mengganggu mandatnya dan proses demokrasi di Honduras....

....Honduras adalah negara yang menjadi korban kediktatoran dan intervensi besar-besaran AS selama berabad-abad, termasuk beberapa invasi militer. Intervensi terakhir pemerintah AS di Honduras terjadi selama 1980-an, ketika pemerintahan Reagain mendanai pasukan-pasukan dan milisi-milisi pembunuh untuk mengeliminasi setiap potensi "ancaman komunis di Amerika Tengah". Pada saat itu, John Negroponte menjabat sebagai dubes AS di Honduras dan bertanggung jawab atas pendanaan dan pelatihan secara langsung pasukan pembunuh Honduras yang bertanggung jawab terhadap hilangnya dan terbunuh ribuan orang di seluruh negeri....

....Asisten Menlu AS, Phillip J. Crowley, menolak untuk memperjelas posisi pemerintah AS tentang adanya potensi kudeta terhadap Presiden Zelaya, dan malah mengeluarkan pernyataan yang lebih bermakna dukungan Washington untuk pihak oposisi....Juru bicara pemerintah AS menyatakan sebagai berikut, "Kami sangat prihatin dengan kebuntuan dalam dialog politik di antara politisi Honduras berkaitan dengan jajak pendapat yang diusulkan pada 28 Juni tentang reformasi konstitusional. Kami menghimbau semua pihak untuk mencari resolusi konsensus demokratis terhadap kebuntuan politik yang sesuai dengan konstitusi dan undang-undang Honduras yang konsisten dengan prinsip-prinsip Piagam Inter-American Democratic."

...sumber utama pendanaan di Honduras adalah USAID, yang menyediakan lebih dari US$ 50 juta per tahunnya untuk program "promosi demokrasi", yang pada umumnya mendukung LSM-LSM dan parpol-parpol yang disukai AS, seperti yang terjadi di Venezuela, Bolivia, dan negara-negara lain di kawasan. Pentagon juga mengelola pangkalan militer di Honduras di Soto Cano, yang dilengkapi dengan sekitar 500 pasukan dan sejumlah pesawat tempur serta helikopter.

Menlu Rodas menyatakan bahwa dia telah berulang kali mencoba melakukan kontak dengan Dubes AS di Honduras, Hugo Llorens, yang belum merespon setiap panggilannya sampai sekarang. Modus operandinya jelas menunjukkan keterlibatan Washington. Baik militer Honduras, yang mayoritas dilatih oleh pasukan AS, maupun elit politik dan ekonomi, tidak akan bertindak menggulingkan seorang presiden yang terpilih secara demokratis tanpa dukungan dari pemerintah AS. Presiden Zelaya akhir-akhir ini terus diserang oleh kekuatan-kekuatan konservatif Honduras karena hubungan yang berkembang dengan negara-negara ALBA, dan terutama Venezuela serta Presiden Chavez. Banyak yang percaya tindakan ini telah dijalankan sebagai metode untuk memastikan bahwa Honduras tidak terus bersatu dengan negara-negara sosialis di Amerika Latin.

Ahmadinejad Menangkan Pemilu dengan Bersih

Ahmadinejad
Ahmadinejad: Menang pemilu dengan bersih
Dewan Garda melalui Ayatullah Ahmad Jannati hari Selasa, 29/06/009 mengirim surat kepada Mentri Dalam Negri Iran mengenai hasil pemilu Iran yang dimenangkan oleh DR. Mahmoud Ahmadinejad. Surat keterangan Dewan Garda itu ditujukan kepada Menteri Dalam Negeri Iran, Sadeq Mahsouli. Setelah penghitungan ulang sepuluh persen dari seluruh total suara, Dewan Garda menyatakan keabsahan pemilu setelah hasil keseluruhan dan final pemilu presiden kesepuluh digelar pada hari Jumat, tanggal 12 Juni 2009. Demikian Stasiun Chanel 1 Iran melaporkan sebagaimana dinukil oleh Farnews hari ini. Proses pelaksanaa pemilu di Iran diatur dalam Undang-Undang Dasar RII pasal 80 tentang pemilu Iran.

Batas waktu seminggu dan tambahan waktu lima hari Dewan Garda diberikan kepada tiga kandidat untuk mengadukan hasil pemilu jika terdapat kecurangan, sebagaimana dugaan Mousavi, Karroubi dan Rezai dalam surat mereka ke Dewan Garda.

Namun batas perpanjangan waktu lima hari itu tidak dimanfaatkan oleh mereka bahkan kedua kandidat menolak hadir panggilan Dewan Garda.Tidak hanya itu, kedua kandidat yang kalah menolak wewenang Dewan Garda dan menyatakan akan membentuk tim sendiri. Mohsen Rezai sebelumnya menarik tuntuntunya. Dengan demikian Dewan Garda memutuskan keabsahan hasil pemilu kesepuluh berdasarkan UUD RII pasal 79.

Dewan Garda dalam suratnya yang ditujukan pada Menteri Dalam Negeri Iran menyatakan tidak ditemukannya masalah yang berrati seperti pelanggaran dan kecurangan. Walaupun terdapat pelanggaran kecil yang seringkali terjadi di pemilu-pemilu, tapi itu bukan masalah yang serius. Demikian IRIBNews melaporkan.

Akhir surat tersebut, Dewan Garda juga mengucapkan banyak terimaksih kepada masyarakat Iran atas pertisipasi luar biasa masyarakat dalam pemilu kali ini. Lebih dari itu, Dewan ini juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam proses pelaksanaan pemilu seperti Departemen Dalam Negeri, tim peninjau dan media serta para kandidat yang ikut memeriahkan pelaksanaan pemilu.

Sayyid Ali Khamenei: Dengan Persatuan, Musuh Tak Akan Bisa Menggangu

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei dalam pertemuan dengan Ketua Mahkamah Agung dan para pejabat tinggi lembaga peradilan Republik Islam Iran menyebut penegakan keadilan sebagai misi utama lembaga yudikatif. Menurut beliau, keadilan akan terwujud hanya dengan pelaksanaan hukum. Menyinggung kondisi di Iran saat ini, beliau mengatakan, "Masalah yang ada bisa diselesaikan dengan kembali kepada hukum. Semua pihak dari kalangan elit, aktivis dan kubu-kubu politik dari kedua belah pihak hendaknya menghindari segala bentuk aksi dan tindakan provokatif yang mengancam keutuhan dan kesatuan bangsa."
Pada pertemuan yang berlangsung Ahad (28/6) pagi dan dihadiri pula oleh keluarga para syuhada peristiwa 7 Tir 1360 HS (28 Juni 1881) itu, Rahbar menyampaikan penghormatan kepada para syuhada yang gugur pada peristiwa peledakan gedung Partai Republik Islam (Jomhouri-e Islami), terlebih syahid Ayatollah Dr Mohammad Huseini Beheshti. Beliau mengatakan, "Peristiwa itu sangat besar karena korban yang jatuh adalah orang-orang penting, pejabat tinggi, menteri, anggota parlemen dan tokoh politik. Mereka gugur di jalan perjuangan mewujudkan cita-cita suci revolusi dan pemerintahan Islam."

Ayatollah Al-Udzma Khamenei mengungkapkan bahwa aksi teror 7 Tir dimaksudkan untuk merongrong revolusi dengan membantai tokoh-tokoh penting pemerintahan Islam. Beliau menambahkan, "Tidak seperti yang dibayangkan oleh musuh, teror-teror seperti ini tidak pernah bisa melumpuhkan revolusi Islam, bahkan sebaliknya, semakin memperkokoh pondasinya, yaitu hubungan rakyat dengan pemerintahan Islam."

Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan sosok figur Syahid Ayatollah Beheshti yang memiliki andil besar dalam revolusi Islam dan memainkan peran kunci dalam membangun lembaga peradilan negara. Beliau mengatakan, "Dalam tiga puluh tahun terakhir, di lembaga peradilan negara banyak pekerjaan layak puji yang telah dilaksanakan. Kemajuan banyak tercapai khususnya pada sepuluh tahun belakangan ini, dengan tampilnya sosok ulama besar sekaliber Ayatollah Shahroudi di pucuk pimpinan lembaga peradilan. Tentunya, kerja keras beliau dan para pejabat di lembaga ini patut dihargai."

Seraya mengingatkan bahwa tugas utama lembaga peradilan adalah untuk menegakkan keadilan, Rahbar menegaskan, "Tolok ukur keadilan adalah pelaksanaan undang-undang. Jika undang-undang menjadi tolok ukur perbuatan di tengah masyarakat, maka keadilan akan terwujud."

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menjelaskan bahwa menegakkan keadilan adalah pekerjaan yang sangat sulit dan memerlukan berbagai sarana dan prasarana. Beliau menandaskan, "Selain sarana dan infrastruktur, untuk menegakkan keadilan diperlukan tawakkal kepada Allah dan tekad yang kuat. Semangat seperti ini harus terus ditingkatkan di lembaga peradilan Iran."

Pemimpin Besar Revolusi Islam mengungkapkan adanya banyak kendala dalam menegakkan keadilan. Beliau mengatakan, "Bagian paling sulit dalam upaya menegakkan keadilan adalah saat menghadapi orang-orang kuat dan pihak arogan. Saat seperti itulah dituntut resistensi dan hanya Allah dan misi menegakkan hukum yang harus diperhatikan."

Di bagian lain pernyataannya, Rahbar mengulas perkembangan yang terjadi di Iran akhir-akhir ini seraya menegaskan bahwa masalah yang ada bisa diselesaikan lewat jalur hukum. Beliau menambahkan, "Dalam kasus seperti ini, jangan sampai ada tindakan yang memancing emosi masyarakat khususnya generasi muda. Jangan ada provokasi yang dapat membuat mereka saling berhadapan. Sebab, rakyat Iran dengan beragam pandangan dan pendapatnya adalah bangsa yang satu, yang memiliki hubungan baik dengan sistem pemerintahan."

Partisipasi luas masyarakat dalam pemilu baru-baru ini beliau sebut sebagai bukti kepercayaan besar rakyat kepada sistem pemerintahan Islam di negara ini.

Ayatollah Al-Udzma Khamenei mengingatkan bahwa aksi melawan hukum akan terasa lebih getir dibanding kegetiran yang dirasakan sebagian orang saat tunduk kepada hukum. Beliau mengatakan, "Berkat bantuan Allah, bangsa Iran menjadi bangsa yang mukmin, cerdas, dan selalu siaga di medan juang. Rakyat Iran tak punya masalah dengan pemerintahan. Para aktivis politik dan elit masyarakatlah yang harus berhati-hati dalam tutur kata dan perilaku mereka."

Pemimpin Besar Revolusi Islam lebih lanjut mengimbau para aktivis politik dari kedua kubu politik untuk tidak melakukan hal-hal yang bisa memancing emosi pihak lain. Beliau mengingatkan, "Jika rakyat dan para elit politik bersatu, ketika itu bisikan dari setan-setan dunia tak akan berpengaruh."

Menyinggung intervensi para pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa dalam urusan internal Iran, beliau mengatakan, "Dengan pernyataan bodoh mereka tentang Iran, para petinggi Barat berbicara seolah-olah mereka tak punya masalah dan masalah yang ada hanya di Iran. Mereka lupa bahwa ke tempat mana pun mata politik mereka memandang, bagi bangsa Iran tempat itu akan menjadi najis."

Rahbar menegaskan kembali bahwa bangsa Iran adalah bangsa yang cerdas dan berpengalaman. "Sikap intervensif akan membuahkan hasil yang sebaliknya. Sebab rakyat Iran masih ingat bahwa di era delapan tahun perang pertahanan suci ketika rakyat ini menjadi korban kejahatan, rumah mereka dihancurkan dengan bom dan roket, bahkan bom-bom kimia ditembakkan ke arah mereka, negara-negara Barat tak hanya enggan bersimpati, tetapi malah membantu musuh rakyat Iran," imbuh beliau.

Ayatollah Al-Udzma Khamenei mengingatkan kejahatan dan kebengisan yang dilakukan AS dan sejumlah negara Eropa terhadap rakyat Afganistan, Irak, Pakistan dan Palestina. Beliau mengatakan, "Simpati dan solidaritas kepada suatu bangsa tidak cocok untuk negara-negara itu. Karenanya, dapat dipahami apa tujuan di balik sikap mereka sekarang yang menunjukkan dukungan kepada bangsa Iran atau kelompok tertentu di dalam negeri ini. Rakyat Iran dapat membaca masalah ini."

Di akhir pembicaraan, Pemimpin Besar Revolusi Islam menandaskan, "Jika persatuan dan kegigihan yang dimiliki bangsa Iran berkat revolusi Islam dipertahankan, apapun yang dilakukan musuh tidak akan pernah bisa melumpuhkan bangsa ini."

Di awal pertemuan yang digelar dalam rangka memperingati peristiwa 7 Tir, Ketua Mahkamah Agung Iran Ayatollah Mahmoud Hashemi Shahroudi menyebut partisipasi besar masyarakat dalam pemilu presiden belum lama ini sebagai prestasi gemilang yang terbukukan dalam sejarah demokrasi agama di Iran. Seraya menyampaikan ucapan selamat kepada Dr Mahmoud Ahmadinejad yang terpilih kembali sebagai Presiden Republik Islam Iran untuk periode empat tahun kedua dengan jumlah suara yang besar, Shahroudi menghaturkan penghargaan kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam atas pidato penting beliau pada khotbah Jum'at (19/6). Ayatollah Shahroudi lebih lanjut menyampaikan laporan kinerja lembaga yang dipimpinnya selama sepuluh tahun ini.

Seraya mengenang kembali para syuhada 7 Tir khususnya Ayatollah Beheshti, Shahroudi menyebutkan berbagai agenda dan program yang telah dibuat oleh lembaga yudikatif negara, termasuk diantaranya penyusunan kebijakan makro dan pengembangan lembaga peradilan, perbaikan proses penanganan kasus hukum, pembangunan infra struktur hukum, dan berbagai program lainnya

Rafsanjani Tunjukkan Kesetiaan, Gejolak Mereda

Hashemi Rafsanjani
Hashemi Rafsanjani
George Gallaway, anggota Parlemen Inggris, dalam wawancara dengan televisi Alalam mengatakan bahwa Inggris mengerahkan seluruh media untuk menciptakan destabilitas politik dalam Iran.

Sementara itu dilaporkan bahwa Pemerintah Iran menahan 8 warga Iran yang bekerja sebagai staf di kedutaan Inggris. Mereka diatngkap karena terbukti melakukan serangkaian provokasi demi mengacaukan pilpres dan menyebarkan isu-isu yang memojokkan sistem Republik Islam.

Tindakan ini diambil beberapa haris setelah pihak Deplu Iran mengusir dua dilpomat Inggris yang terbukti melakukan aktivitas di luar tugas diplomatiknya.

Situasi politik di Iran berangsur reda, terutama setelah Ayatullah Hashemi Rafsanjani, Ketua Dewan Pertimbangan Masalahat, mengeluarkan pernyataan yang berisikan kecaman terhadap Barat yang sengaja mencampuri urusan dalam negeri Iran. Pada bagian lain dari pernyataannya, Rafsanjani mengatakan bahwa instruksi Ayatullah Uzhma Ali Khamenei, selaku Pemimpin Tertinggi, terkait perlunya menggunakan jalur konstitusional untuk menyampaikan gugatan, merupakan kata pemutus yang mesti dipatuhi.

Ahmadinejad Benar-benar Curang!

Ahmadinejad
Ahmadinejad
Situs Farsnews hari ini, Senin [29/06/09], merilis laporan dari Dewan Garda yang telah melakukan penghitungan suara ulang surat suara pemilihan presiden. Berdasarkan penghitungan sementara di distrik Teheran, suara untuk Mahmoud Ahmadinejad dan kandidat lainnya tidak ada perubahan, bahkan suara Ahmadinejad bertambah. Penghitungan suara itu dihadiri oleh perwakilan Dewan Garda, Ketua KPU, perwakilan imam Jumat Teheran, Pewakilan Mahmud Ahmadinejad dan beberapa instansi terkait lainnya.
Dilaporkan kantor berita IRNA dan Farnews, Senin [29/6/2009], penghitungan ulang itu dilakukan dibeberapa tempat yang dianggap penuh kecurangan terhadap 10 persen dari total surat suara. Hasil dari perolehan suara capres Ahmadinejad, justru bertambah di salah satu distrik Teheran.

Selain di 22 distrik di Teheran, penghitungan juga dilakukan di sebelah barat provinsi Kurdistan dan kota Karaj, sebelah barat Teheran.

Sampai berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari Dewan Garda hasil penghitungan ulang itu akan dirilis. Namun Dewan Garda memastikan akan mengumumkannya pada Senin malam ini.

Komisi pemilihan nasional Iran pada 13 Juni lalu mengumumkan Ahmadinejad meraih suara terbanyak dengan mengumpulkan 62 persen suara lebih. Sementara Mousavi hanya mendapat 34 persen suara.

Dewan Garda sebelumnya mengumumkan tidak ada kecurangan berarti dalam pilpres tahun ini sehingga tidak perlu adanya pemilihan ulang seperti yang dituntut dua capres yang kalah, Hossein Mousavi dan Mehdi Karroubi. Sementara itu, kandidat capres Mohsen Rezai menyatakan menarik diri dari tuntutannya.

Satu Trilyun untuk Meraih Kursi Presiden

Capres Indonesia
Capress Indonesia
Dua puluhan skuter berbaris rapi di halaman ruko di kawasan Cibubur, timur Jakarta, Sabtu pekan lalu. Semuanya berhiasan atribut gambar Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Anggota Penggemar Vespa Indonesia yang tergabung dalam Gerakan Pro-SBY (GPS) itu memulai perjalanan keliling Jawa dalam rangka mempromosikan SBY sebagai calon presiden.
Keberangkatan mereka dilepas Ketua Umum GPS, Suratto Siswodihardjo, pengagum sekaligus tentangga dekat SBY di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat. Tur para penggemar Vespa itu hanyalah satu dari sekian kegiatan yang dihelat GPS. Masih ada beberapa acara lain, misalnya pergelaran sendratari bertajuk Meniti Persatuan Nusantara, yang akan berlangsung di Gedung Kesenian Jakarta, dan parade patung terbesar di Indonesia yang digelar Bali.

Rangkaian kegiatan GPS dalam rangka mengampanyekan SBY itu akan ditutup dengan doa bersama secara serentak di 33 provinsi dan 460 cabang GPS di seluruh Indonesia, 4 Juli mendatang. Meski begitu, Suratto menyebut GPS bukan tim kampanye pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) SBY-Boediono.

"Kami ini fans Pak SBY. Sama seperti orang yang ngefans pada klub sepak bola Manchester United atau Barcelona. Jadi, boleh kan kami ngefans pada SBY," tutur Suratto. Karena alasan itulah, GPS hanya menerbitkan atribut bergambar SBY, tanpa ada gambar Boediono.

Dana yang dikumpulkan untuk kegiatan GPS pun, kata Suratto, berasal dari donatur sukarela. Karena GPS bukan tim kampanye resmi SBY-Boediono, kelompok ini merasa tidak perlu melaporkan dananya kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU). "Lagi pula, sumbangan yang kami terima kebanyakan berupa barang atau paket kegiatan, bukan dalam bentuk uang," ujar Suratto.

Meski sukarela, bukan berarti seadanya. Di markas GPS yang terletak di kawasan Cibubur, timur Jakarta, tersedia logistik dalam jumlah besar. Ada 7.000 potong kaus, 10.000 pin, 1.000 rompi, 2.000 bendera, 1.000 topi, dan 200 mug. Jika harga barang-barang itu rata-rata Rp 20.000, maka dana yang disiapkan GPS sekitar Rp 400 juta.

Jumlah itu bukan nilai tetap, karena jika logistik GPS habis, banyak pihak yang siap menyumbang dalam jumlah tak kalah besar. Ditambah sumbangan dalam bentuk paket kegiatan, seperti pentas seni dan doa bersama. Mengalirnya sumbangan ke GPS itu, boleh jadi, karena figur Suratto yang selama ini dikenal dekat dengan SBY.

Pensiunan jenderal bintang satu TNI Angkatan Udara itu pada Pemilu 2004 tercatat sebagai Ketua Pemenangan Pemilu Partai Demokrat. Suratto-lah yang membangun kompleks Perumahan Puri Cikeas Indah, yang sebagian besar penghuninya mantan perwira tinggi TNI, salah satunya SBY. Selain Suratto, di GPS juga terdapat Jenderal (purnawirawan) Sutanto, matan Kapolri yang duduk sebagai Ketua Dewan Pembina GPS.

"Saat ini, Pak Tanto sudah tidak aktif di GPS. Tapi, saya kira, beliau masih mendukung SBY," kata Suratto, yang juga menjadi salah satu Komisaris PT Angkasa Pura II.

Aksi dukung-mendukung di luar tim kampanye resmi yang didaftarkan ke KPU juga dimiliki pasangan capres-cawapres lainnya. Di kubu Jusuf Kalla (JK)-Wiranto, misalnya, ada organisasi seperti Barisan Muda Profesional DKI Jakarta.

Barisan ini aktif sebagai pendukung JK di luar tim kampanye resmi. Kamis pekan lalu, mereka menyelenggarakan "Deklarasi dan Pengukuhan Tim Relawan Pelangi Pemenangan JK-Win" yang dihadiri JK. Selain itu, pasangan JK-Wiranto punya Institut Lembang Sembilan (L9) yang dipimpin Alwi Hamu, adik ipar JK. "Tim kami tidak mengoordinasikan dana, tetapi para relawan yang biasanya datang," kata Alwi Hamu kepada Birny Birdieni dari Gatra.

Tak cuma dana, bantuan seperti kaus, spanduk, poster, sampai air minum kemasan pun mengalir dari para relawan. Saat ini, JK memiliki tidak kurang dari 400 sayap relawan yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu, JK juga mendapat dukungan dari sayap politik Golkar, Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR).

Sekretaris Jenderal DPP MKGR, Roem Kono, mengklaim bahwa sayap ini punya 3 juta anggota di seluruh Indonesia. "Kami buat sendiri kaus-kaus, spanduk, stiker, dan sebagainya. Sifatnya gotong royong sehingga tidak kami inspeksi berapa jumlahnya," kata Roem. Bantuan yang diberikan, selain uang, juga dalam bentuk barang dan atribut kampanye.

Di pasangan Megawati-Prabowo, muncul pula beberapa sayap pendukung, seperti Forum Bhinneka Tunggal Ika (FBTI). Forum ini mengaku beranggotakan orang-orang lintas agama yang didominasi umat Hindu dan lintas etnis. Ahad lalu, mereka mendeklarasikan dukungan kepada pasangan Mega-Prabowo lewat deklarasi bersama Forum Relawan Penyelamat Ibu Pertiwi di Hotel Sultan, Jakarta. Dalam deklarasi itu juga hadir sayap pendukung Mega-Prabowo lainnya yang menamakan diri Laskar Merah Putih.

Dalam deklarasi itu, yang hadir sebagai undangan utama adalah anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo, adik kandung Prabowo Subianto. Ia hadir untuk memberikan pembekalan kepada anggota forum untuk membantu memenangkan pasangan Mega-Prabowo. Selain Hashim, seperti dilaporkan wartawan Gatra Sandika Prihatnala, acara itu pun dihadiri beberapa pengusaha yang ikut bergabung dalam FBTI, yang dikomandani A.S. Kobalen.

Bagi para kandidat, kehadiran para relawan itu jelas sangat membantu. Apalagi, dukungan logistiknya terus mengalir. Namun kehadiran mereka bisa menjadi masalah jika urusannya adalah soal akuntabilitas. Pasalnya, pihak berwenang seperti KPU dan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) kerepotan memonitor sumbangan yang masuk di luar jalur tim kampanye resmi.

Sedangkan modal awal para kandidat yang disampaikan ke KPU tak besar-besar amat. Pasangan SBY-Boediono memiliki dana Rp 20,75 milyar. Megawati-Prabowo punya saldo awal Rp 15,005 milyar. Sedangkan JK-Wiranto memiliki saldo awal Rp 10 milyar. Namun, dalam perkembangannya, arus kas masuk dan keluar sulit terdeteksi karena banyak sumbangan dari tim tidak resmi.

Tim kampanye JK-Wiranto mengaku, saat ini sumbangan resmi yang mereka terima mencapai Rp 125 milyar. Menurut juru bicara tim sukses JK-Wiranto, Yuddy Chrisnandi, dana yang terkumpul dari para relawan itu cukup untuk melaksanakan agenda kampanye. Hitungannya, bila per kampanye terbuka membutuhkan dana Rp 100 juta dan dilaksanakan 500 kali, maka jumlah dana yang digunakan adalah Rp 50 millyar.

Yuddy mengakui, masih banyak bentuk bantuan lain yang belum bisa terinventarisasi dari para simpatisan. Yang jelas, kata dia, sumbangan macam begini cukup banyak. "Misalnya ada bantuan dari teman saya yang di Bandung, yang memberikan kaus 10.000 dan selebaran poster 30.000," kata Yuddy.

Dari kubu SBY-Boediono, meski tak melansir data resmi jumlah dana yang telah terkumpul, Wakil Ketua Partai Demokrat, Ahmad Mubarok, memperkirakan bakal membutuhkan dana Rp 100 milyar. "Bentuknya bisa macam-macam," kata Mubarok kepada Sukmono Fajar Turido dari Gatra.

Untuk kampanye keliling Jawa, misalnya, ada seorang pengusaha yang membantu menyewakan tiga bus, termasuk satu bus Volvo tipe B12 M berkapasitas mesin 12.000 cc bagi SBY-Boediono. Dalam bus itu tersedia fasilitas lengkap, seperti kamar pribadi, ruang makan, dan toilet. Tiga bus itu, menurut Mubarok, disewa Rp 250 juta.

Untuk mendukung model kampanye indoor SBY-Boediono, semua atribut yang digunakan di gedung pertemuan dibuat hanya satu kali di Jakarta. Kemudian atribut-atribut itu dibawa berkeliling mengikuti jadwal kampanye. "Nggak mahal, sekitar Rp 250 juta. Anggaran paling besar justru untuk iklan media massa. Tapi saya nggak tahu persisnya," tutur Mubarok.

Adapun tim Megawati-Prabowo, menurut Sekretaris Tim Kampanye Nasional Mega-Prabowo, Hasto Kristiyanto, saat ini telah mengumpulkan dana Rp 32 milyar. Selain itu, ada pula yang menyumbang kaus, spanduk, termasuk sumbangan bus dari Soemaryoto, fungsionari PDI Perjungan yang juga pemilik PO Gajah Mungkur. Ketika ditemui Gatra di markas Mega-Prabowo, Jalan Cik Di Tiro, Jakarta Pusat, Hasto menerima bantuan 5.000 spanduk untuk dikirim ke pelbagai daerah.

Hasto menyatakan, tim kampanye Mega-Prabowo tak mau perang logistik seperti kandidat lain. Untuk deklarasi di Bantar Gebang, Bekasi, misalnya, dana yang dikeluarkan cuma Rp 25 juta dari total biaya Rp 200 juta. Sisanya adalah sumbangan masyarakat. Lebih dari itu, Mega-Prabowo juga menyewa akuntan publik untuk melakukan audit dana kampanyenya.

Para kandidat boleh saja menyatakan bahwa dana yang dikeluarkan untuk kampanye tidak besar. Namun para pengamat politik tak percaya begitu saja. Direktur Lembaga Survei Nasional (LSN) Umar S. Bakry memperkirakan, untuk meraih kursi Presiden RI, dana yang dikeluarkan para kandidat mencapai Rp 1 trilyun. "Sampai putaran kedua, minimal segitu harus mereka sediakan," katanya.

Sedangkan Aksa Mahmud memprediksi, biaya para kandidat bisa mencapai Rp 1,5 trilyun. Sektor publikasi dan promosi akan menelan dana sekitar 50% dari bujet. Pada kampanye pemilu presiden 2004, menurut Aksa, yang saat itu menjadi Koordinator Bidang Publikasi dan Promosi Pasangan SBY-JK, biaya publikasi dan promosi yang dikeluarkan mencapai Rp 5 milyar, sebagian besar untuk iklan di televisi.

Kini biaya itu diprediksi meningkat pesat. Untuk belanja iklan, menurut Wakil Ketua Dewan Pers, Leo Batubara, hingga minggu ketiga Juni telah dihabiskan Rp 3 trilyun. "Hitungan kasar omset iklan yang mencapai Rp 3 trilyun merupakan penerimaan media elektronik, seperti televisi dan media cetak nasional," kata Leo Batubara. Bila menilik data lembaga riset media ACNielsen, angka itu tak meleset jauh.

Untuk iklan televisi, hingga minggu kedua Juni, pasangan JK-Wiranto membeli 1.011 spot iklan, dengan masing-masing spot berdurasi 30 menit. Jika rata-rata harga per spot Rp 10 juta, maka biaya iklan tim ini mencapai Rp 10 milyar. Sementara itu, pasangan SBY-Boediono membeli 1.654 spot, dengan durasi rata-rata 30-60 detik. Jika rata-rata harga per spot Rp 10 juta, berarti pasangan ini menghabiskan dana iklan Rp 16,5 milyar.

Pasangan Megawati-Prabowo, sampai minggu kedua Juni, menghabiskan 213 spot iklan, dengan rata-rata durasi 30-60 detik. Dengan asumsi yang sama, pasangan ini menghabiskan dana iklan Rp 2,1 milyar. Itu jika dirata-rata. Sebab, menurut Pahala Sigiro, Executive Business Development Media Nielsen Indonesia, untuk biaya spot iklan TV 30 detik pada prime time (pukul enam petang sampai pukul 10 malam), tarifnya sekitar Rp 20 juta. Sedangkan harga di luar prime time bervariasi, Rp 6 juta hingga Rp 12 juta.

Belum lagi biaya untuk mengadakan survei. Menurut Umar S. Bakry, untuk survei dengan sampel 784, LSN butuh biaya sekitar Rp 400 juta. Sedangkan untuk 3.000 sampel, dibutuhkan dana di atas Rp 1 milyar. Sementara itu, pimpinan Lembaga Survei Indonesia (LSI), Saiful Mujani, menyatakan bahwa biaya minimal yang dibutuhkan untuk melaksanakan survei nasional sekitar Rp 400 juta. "Waktu itu, surveinya melibatkan 1.200 responden," kata Saiful.

Untuk quick count, biayanya lain lagi. Untuk hitung cepat ini, LSI menempatkan satu personel di satu tempat pemungutan suara (TPS), sehingga otomatis biayanya berbeda. Ketika pemilu legislatif, April lalu, LSI membutuhkan biaya sekitar Rp 2,5 milyar, dengan pantauan 2.000 TPS.

Mengingat komponen biaya yang besar itu, tak salah jika Indonesia Corruption Watch (ICW) mengkhawatirkan adanya dana siluman yang masuk ke kantong kandidat presiden. Karena itu, Abdullah Dahlan, peneliti Divisi Korupsi Politik ICW, meminta agar tim-tim kampanye di luar tim resmi yang didaftarkan ke KPU ditertibkan.

Kekhawatiran itu bukan tanpa alasan. Pada Pemilu 2004 terbukti, ada dana dari Departemen Kelautan dan Perikanan yang mengalir ke pasangan capres-cawapres. "Berarti, kan ada dana negara yang masuk ke kandidat," kata Abdullah.

Direktur Riset LSI, Dodi Kuskrido Ambardi, mengakui bahwa tim bayangan seperti itu akan selalu ada dalam setiap kampanye capres. Model ini meniru model di Amerika Serikat, yang dinamakan political action committee. Namun dia ragu kelompok di Amerika itu sama dengan kelompok relawan dalam pemilu presiden di Indonesia sekarang ini.

"Jaringan itu kan bukan kelompok pengusaha. Tapi, kalau di belakangnya ada pengusaha, kita nggak tahu," kata Dody. Inilah yang rawan menimbulkan dana siluman yang besarnya tidak jelas. Cara ini, menurut Dodi, juga mengandung bahaya. "Biasa kan, no free lunch," tuturnya.

Melacak siapa pengusaha yang ada di belakang tim relawan jelas sulit. Meski begitu, Dodi mengaku pernah mewawancarai beberapa pengusaha dan pengurus partai dalam rangka penyusunan disertasinya, yang membahas seputar pendanaan partai politik.

Dari hasil wawancara itu, ia melihat, hampir semua pengusaha ingin berbisnis dengan aman. "Tidak harus mendapat proyek. Minimal tidak diganggu-lah," ujar Dodi. Dengan alasan itu, pengusaha pun menyumbang kepada semua calon dengan jumlah berbeda.

Tahukah Anda Kenapa BBC Diusir dari Iran?

BBC London
BBC: Pembohong
Serentak berita di dunia menulis [22/6] Iran mengusir wartawan BBC. Berbagai opini bergulir, tidak sekedar mengecam Republik Islam Iran, namun juga nada untuk segera merubah total sistem dan undang-undang Republik Islam Iran berkumandang. Berbagai tawaran diajukan, Liberal, Sekular bahkan Komunis. Dikatakan, Iran mengusir wartawan BBC di Teheran karena meliput pemilihan umum. Sesederhana itukah..? Menyikapi berita pengusiran ini, ada beberapa poin penting untuk dianalisa:
Pertama, sebelum pemilu presiden Iran ke-10 digelar, BBC yang merupakan corong resmi pemerintah Inggris, gencar menebarkan provokasi, menyulut konflik dan mengembosi rakyat Iran supaya abstain dalam pemilu Iran. Dalam siaran berbahasa farsi yang juga disirakan oleh radio Farda, BBC menyeru kepada warga Iran agar tidak mendatangi tempat pemilihan umum (TPS) pada tanggal 12 Juni. Bahkan, dalam sebuah siaran yang sangat provokatif, seorang presenter BBC dengan semangat mengatakan, "Dari pada pergi ke TPS, lebih baik anda berkumpul di rumah menikmati Qormeh Sabzi, atau pergi berlibur".

Kedua, jauh hari sebelum pemilu presiden ke-10 digelar, BBC telah menyulut konflik kepada pemirsa dengan kekhawatiran yang berlebihan bahwa pemilu nanti sarat dengan kecurangan. BBC tahu betul bagaimana menerapkan petuah Adolf Hitelr dalam Magnum opusnya "Mein Kampf", kebohongan yang terulang-ulang dimuka umum akan dianggap menjadi kebenaran. Dengan prinsip inilah BBC terus memproduksi dan menyebarkan kebohongan massal mengenai pemilu presiden ke-10 Iran.

Ketiga, BBC aktif memblow-up aksi demontrasi memprotes hasil pemilu presiden Iran. Bahkan secara serampangan BBC berani menyebut aksi premanisme itu sebagai cikal bakal lahirnya revolusi bludru sebagaimana menimpa Cekoslavakia.

Keempat, BBC melakukan generalisasi parsial ketika memberitakan dinamika pra dan pasca pemilu persiden Iran. Di dunia maya, para blogger menemukan kecurangan yang dilakukan BBC saat memberitakan konvoi massa pendukung Ahmadinejad, yang dipotong-potong semaunya. Selain itu, BBC juga melakukan zom out gede-gedean mengenai kerusuhan di Iran.

Keempat, BBC ikut aktif mencampuri urusan dalam negeri Iran dengan terang-terangan mendukung para perusuh. Kacamata BBC ini, persis dengan sikap para politikus London terkait kondisi Iran. Atas nama hak asasi manusia, BBC menempelkan stigma politik buruk mengenai pemilu presiden di Iran dan Republik Islam.Tepat kiranya keputusan pemerintah Iran mengusir wartawan BBC dari negara ini.

BBC adalah corong resmi pemerintah Inggris, karena budget tahunan media zionis ini ditentukan oleh parlemen inggris. Bagi BBC fakta dan kebenaran tidaklah penting, namun misi pengrusakan sistem negara Republik Islam Iran sangatlah penting.

Khutbah Rahbar: Kehendak Rakyat Ditentukan Kotak Suara, Bukan Aksi Jalanan

Kehendak Rakyat Ditentukan Kotak Suara, Bukan Aksi Jalanan Hari Jum'at, 19 Juni 2009, kota Tehran menjadi saksi sebuah pertemuan akbar ‎bernuansa maknawiyah yang menebar aroma Imam Mahdi (as), yaitu shalat ‎Jum'at yang dipimpin oleh Wali Faqih, Ayatollah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei. ‎Dalam khotbah Jum'at di depan lautan jamaah yang memenuhi komplek ‎Universitas Tehran dan jalan-jalan di sekitarnya, Pemimpin Besar Revolusi Islam ‎menyampaikan khotbah bersejarah yang mengukuhkan persatuan bangsa. ‎

Setelah menyampaikan pesan taqwa beliau menjelaskan tentang dzikrullah, ‎berharap kepada pertolongan Allah dan sakinah atau ketenangan hati sebagai ‎faktor utama yang menyelamatkan bangsa Iran dari terpaan badai dahsyat dan ‎beragam peristiwa besar yang mewarnai negeri ini dalam tiga puluh tahun sejak ‎kemenangan revolusi Islam. ‎
Pemimpin yang lazim disebut Rahbar ini ‎menguraikan berbagai dimensi pemilihan umum presiden 12 Juni lalu dan ‎rangkaian peristiwa yang terjadinya setelahnya. Beliau mengatakan, "Partisipasi ‎rakyat yang tanpa tanding dan epik yang mereka ciptakan pada tanggal 22 ‎Khordad (12 Juni 2009) adalah pentas besar kepercayaan, harapan, dan semangat ‎bangsa.

Peristiwa ini ibarat gempa dahsyat yang mengguncang arena politik ‎musuh, sementara bagi para pencinta Iran dan revolusi Islam peristiwa ini ‎adalah pesta yang bersejarah. Masing-masing dari 40 juta warga yang ‎menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum telah memberikan suaranya ‎kepada Imam Khomeini, revolusi Islam dan para syuhada. Keempat kandidat ‎yang bersaing adalah bagian dari pemerintahan Islam. Masalah yang muncul ‎hendaknya diselesaikan dan ditindaklanjuti lewat jalur undang-undang yang ‎jelas."‎

Pada khotbah kedua yang berkali-kali diiringi oleh gema takbir para hadirin, ‎Ayatollah Al-Udzma Khamenei membagi pembahasan ke dalam tiga kategori; ‎topik yang berhubungan dengan masyarakat secara umum, topik yang terkait ‎para calon presiden dan para tokoh politik, serta pembahasan ketiga yang ‎berkenaan dengan para pemimpin negara-negara arogan Barat.‎

Beliau menyampaikan rasa penghargaan yang dalam kepada rakyat Iran yang ‎mukmin atas partisipasi luas masyarakat dalam pemilu presiden periode ‎kesepuluh yang diikuti oleh hampir 40 juta warga Iran. Partisipasi besar itu ‎beliau sebut sebagai pentas yang mempertontonkan rasa tanggung jawab dan ‎animo besar untuk berbuat bagi negara. Rahbar menambahkan, "Epik penuh ‎gelora ini bermakna pengungkapan ekspresi dukungan penuh dan serentak dari ‎rakyat Iran kepada pemerintahan Islam. Partisipasi 85 persen warga pemilik hak ‎pilih dalam pemilu adalah peristiwa yang jarang ditemukan padanannya, dan ini ‎menunjukkan kemurahan dan karunia Allah serta perhatian Imam Mahdi (as) ‎kepada bangsa Iran dan pemerintahan Republik Islam."‎

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menyebut keikutsertaan para pemuda dengan ‎penuh antusias di seluruh penjuru negeri pada pemilihan presiden periode ‎kesepuluh sebagai manifestasi dari kelanjutan komitmen berpolitik dan rasa ‎tanggung jawab yang dulu ada pada generasi awal revolusi yang terus mengalir ‎pada gerenasi muda saat ini. Beliau menandaskan, "Secara tulus dan dari lubuk ‎hati yang dalam saya salut dan tunduk di depan keagungan bangsa Iran dan ‎anak-anak muda kita."‎

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyinggung keberagaman aliran politik di ‎tengah masyarakat Iran, seraya menjelaskan, "Di balik perbedaan pandangan ‎masyarakat, rasa komitmen bersama untuk mempertahankan negara dan ‎pemerintahan Islam nampak menggelora. Hal itu jelas terlihat dari kehadiran ‎warga, laki-laki dan perempuan, tua dan muda, juga dari berbagai golongan ‎madzhab dan agama, warga desa dan kota, semuanya terlibat dalam mengukir ‎peristiwa besar membanggakan ini yang ibarat gempa dahsyat telah ‎mengguncang musuh. Namun bagi para pencinta bangsa Iran di seluruh dunia, ‎peristiwa ini adalah pesta yang sebenarnya dan bersejarah."‎

Menurut beliau, partisipasi 40 juta warga pada pemilu 12 Juni adalah gerakan ‎umum bangsa Iran dalam mengekspresikan kesetiaan kepada Imam Khomeini, ‎revolusi dan para syuhada. Beliau mengatakan, "Gerakan kolosal ini telah ‎menyuntikkan semangat baru bagi pemerintahan Islam ini untuk terus ‎melangkah ke arah kemajuan dan kemuliaan. Pemilu ini telah menunjukkan ‎kepada musuh-musuh negara ini akan makna hakiki dari demokrasi agama."‎

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menilai kehadiran warga di tempat-tempat ‎pemungutan suara yang dibarengi dengan kepercayaan, kebebasan, optimisme ‎dan keceriaan nasional, sebagai jawaban telak bangsa ini terhadap propaganda ‎miring media-media kaum arogan dunia. Beliau menambahkan, "Kepercayaan ‎rakyat kepada pemerintahan Islam yang merupakan kekayaan terbesar Republik ‎Islam, pada tanggal 12 Juni kembali menampakkan wujudnya. Musuh-musuh ‎Islam dan Iran dengan menebar isu dan keraguan tentang pemilu berupaya ‎menggoyahkan kepercayaan rakyat. Mereka berharap, dengan menurunnya ‎partisipasi rakyat, kredebilitas negara ini menjadi layak untuk dipersoalkan. Jika ‎target ini bisa tercapai, maka tak ada petaka dan kerugian yang bisa ‎dibandingkan dengannya."‎

Rahbar mengingatkan kembali propaganda gencar yang dilancarkan arogansi ‎dunia sejak beberapa bulan yang lalu tentang kecurangan dalam pemilu 12 Juni ‎di Iran. "Dalam pidato awal Farvardin (21 Maret) di kota Mashad, saya telah ‎mengingatkan rekan-rekan di dalam negeri untuk tidak mengulangi kata-kata ‎musuh tentang kecurangan pada pemilu. Sebab, dengan cara itu musuh ‎berusaha melemahkan kepercayaan rakyat yang telah diperoleh pemerintahan ‎Islam dan para pejabat negara ini dalam tiga puluh tahun dengan susah payah," ‎kata beliau mengimbuhkan.‎

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa kompetisi antara para ‎kandidat presiden berlangsung bebas dan sengit pada masa kampanye, ‎termasuk yang nampak pada acara debat ketika para kandidat berbicara secara ‎transparan dan jelas di layar televisi. Beliau menambahkan, "Persaingan sengit ‎itu terjadi antara empat kandidat terhormat yang kesemuanya adalah bagian dari ‎pemerintahan Islam. Akan tetapi media-media massa yang umumnya dimiliki ‎kalangan zionis yang bengis, lewat kebohongan yang ditebarnya berusaha ‎mengesankan bahwa persaingan ini adalah pertarungan antara kubu pro ‎melawan kontra pemerintahan Islam di Iran."‎

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menjelaskan bahwa beliau mengenal keempat ‎kandidat presiden dari dekat. Beliau mengatakan, "Salah satu kandidat adalah ‎presiden yang benar-benar abdi rakyat, pekerja keras, dan terpercaya. Kandidat ‎berikutnya adalah orang yang pernah menjabat sebagai perdana menteri selama ‎delapan tahun selama saya bertugas sebagai presiden. Kandidat presiden lainnya ‎adalah sosok figur yang pernah menjabat sebagai panglima pasukan garda ‎revolusi Islam (sepah-e pasdaran) dan salah satu komandan inti dalam perang ‎pertahanan suci. Calon presiden keempat adalah orang yang pernah duduk di ‎pucuk pimpinan parlemen dalam dua periode. Semua itu menunjukkan bahwa ‎keempat calon presiden adalah orang-orang yang berada dalam tubuh ‎pemerintahan Islam, dan persaingan di antara mereka tidak seperti yang ‎didengungkan oleh mesin-mesin propaganda keji zionis, Amerika dan Inggris, ‎tetapi persaingan dalam tubuh pemerintahan Islam."‎

Rahbar menyinggung adanya perbedaan keempat kandidat dalam pandangan, ‎perspektif politik dan agenda kerja, seraya menegaskan, "Perbedaan pandangan ‎ini adalah perbedaan dalam lingkup negara. Saya memang meyakini di antara ‎mereka ada yang lebih layak untuk mengabdi kepada negara. Akan tetapi ‎pendapat dan pandangan pribadi tidak akan saya sampaikan kepada masyarakat. ‎Selain itu, tak ada alasan yang mengharuskan masyarakat untuk mengikuti ‎pendapat saya. Sebab pemilihan umum adalah milik rakyat semua. Merekalah ‎yang berhak menentukan hasilnya."‎

Di bagian lain khotbahnya, beliau mengangkat masalah debat kandidat di televisi ‎seraya menyebutnya sebagai inovasi yang penting dan menarik. "Debat yang ‎terbuka, sengit dan transparan akan mematahkan propaganda miring pihak ‎asing yang berusaha mengesankan pemilu di Iran sebagai persaingan yang tidak ‎faktual," ujar beliau.‎

Rakyat Iran, menurut Rahbar, dengan menyaksikan debat dan beragam acara ‎kampanye dapat mengambil keputusan. Rakyat meyakini bahwa dalam ‎pemerintahan Islam tidak ada istilah orang dalam dan orang luar. Pemerintahan ‎Islam tidak memandang rakyat umum sebagai pihak di luar sistem ini. Rakyat ‎memiliki hak untuk menentukan pilihan.‎

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa debat terbuka menghasilkan ‎beberapa poin positif diantaranya mengembangkan kemampuan daya pikir dan ‎kematangan dalam mengambil keputusan. Beliau menyebutkan bahwa suasana ‎debat selama masa kampanye telah merambah jalan-jalan dan masuk ke rumah-‎rumah warga. Beliau menambahkan, "Saya yakin bahwa peningkatan jumlah ‎orang yang menggunakan hak pilihnya sampai 10 juta orang di banding rata-rata ‎periode sebelumnya dipicu oleh keterlibatan masyarakat dalam berpikir tentang ‎pemilu. Inilah yang mendorong masyarakat ikut berpartisipasi dalam pemilu. ‎Karena itu, dari sisi ini, debat kandidat layak dipuji."‎

Beliau bahkan memandang fenomena dialog di tingkat pejabat sebagai hal yang ‎baik dan lazim. "Debat dan dialog ini perlu dilanjutkan dengan menghilangkan ‎poin-poin buruknya. Dengan demikian, semua orang dan para pejabat akan terus ‎berhadapan dengan kritik dan harus menjawab kritikan terhadapnya," tandas ‎beliau.‎

Ayatollah Al-Udzma Khamenei lebih lanjut menyebutkan beberapa poin negatif ‎dari perdebatan yang ada, seperti munculnya api permusuhan, pengungkapan ‎isu-isu infaktual, ketidakmatangan pihak terkait dalam mengurai pembicaraan, ‎serta amarah dan emosi yang mudah terpancing. Poin-poin negatif itulah yang ‎tidak beliau inginkan. Rahbar menambahkan, "Amat disayangkan, perdebatan ini ‎terkadang berubah menjadi ajang untuk saling menjatuhkan. Ada yang ‎menutup-nutupi pengabdian besar pemerintah saat ini, ada pula yang menutup ‎mata dari rapor kinerja pemerintahan yang lalu. Hal itu menimbulkan emosi dan ‎sentimen di hati para pendukung masing-masing kandidat."‎

Beliau menegaskan bahwa kedua pihak telah melakukan kesalahan dalam debat ‎kandidat. "Satu pihak secara terbuka melontarkan tuduhan-tuduhan memalukan ‎dan tak semestinya terhadap orang yang secara hukum sedang menjalankan ‎tugas sebagai presiden. Dengan membawakan data-data palsu ia menuduh ‎presiden yang dipilih oleh rakyat sebagai pendusta dan pemuja khurafat. ‎Tindakan seperti itu jelas melecehkan hukum, etika dan prinsip kejujuran. Di lain ‎pihak, terjadi kesalahan yang serupa. Keberhasilan yang dicapai revolusi Islam ‎dalam 30 tahun diremehkan. Tokoh-tokoh yang telah mengabdikan hidupnya ‎kepada negara ini digunjingkan. Tuduhan yang belum pernah dibuktikan secara ‎hukum diungkap secara terbuka," keluh beliau.‎

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut nama Hashemi Rafsanjani dan Nateq ‎Nuri, dua figur penting revolusi Islam yang namanya dicatut dalam debat ‎kandidat presiden. Beliau mengatakan, "Memang tak ada yang menyebut kedua ‎orang itu telah melakukan korupsi. Meski demikian, jika ada yang menuduh ‎sanak keluarga atau orang-orang dekat mereka melakukan tindak pidana korupsi ‎silahkan membuktikannya secara hukum. Publikasi masalah seperti ini yang ‎belum dibuktikan hanya akan menimbulkan penafsiran yang bukan-bukan di ‎benak masyarakat khususnya generasi muda."‎

Beliau menyatakan bahwa sejak lebih dari 50 tahun yang lalu telah mengenal ‎Hashemi Rafsanjani dan jasanya kepada revolusi dan negara. "Hashemi ‎Rafsanjani di masa perjuangan dulu di zaman kekuasaan rezim Shah termasuk ‎pejuang yang paling inti dan paling gigih. Setelah kemenangan revolusi, ia ‎menjadi figur yang sangat menentukan bersama Imam Khomeini. Beberapa kali ‎ia melangkah sampai di ambang kesyahidan. Setelah Imam Khomeini wafat ‎hingga saat ini, Rafsanjani selalu mendampingi Pemimpin Revolusi," jelas beliau.‎

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menambahkan, "Sebelum kemenangan revolusi ‎Islam, Hashemi Rafsanjani membelanjakan hartanya untuk perjuangan. Dalam ‎kurun tiga puluh tahun terakhir, ia duduk di sejumlah posisi penting dan dalam ‎masa-masa kritis ia mengabdi kepada revolusi dan Negara. Tidak pernah ia ‎memanfaatkan revolusi untuk menumpuk kekayaan pribadi. Rakyat harus ‎mengetahui masalah ini dengan benar."‎

Lebih lanjut beliau mengakui adanya perbedaan pendapat antara beliau dengan ‎Hashemi Rafsanjani dalam berbagai masalah. Namun perbedaan pandangan itu ‎wajar dan jangan sampai masyarakat mengambil kesimpulan yang keliru.‎

Rahbar mengakui bahwa sejak empat tahun lalu, antara Ahmadinejad yang ‎terpilih sebagai presiden waktu itu dan Hashemi Rafsanjani terdapat perbedaan ‎pandangan menyangkut kebijakan luar negeri, pelaksanaan program keadilan ‎sosial, dan sejumlah masalah di sektor budaya. "Pandangan presiden lebih dekat ‎dengan pandangan saya," kata beliau.‎

Mengenai Nateq Nuri, Rahbar menyebutnya sebagai salah satu tokoh penting ‎yang secara tulus mengabdi kepada revolusi. "Tak ada kata ragu akan kesetiaan ‎Nateq Nuri kepada negara dan revolusi Islam," tegas beliau.‎

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menekankan bahwa sisi-sisi negatif harus ‎dihapuskan dari debat kandidat. Beliau menyatakan, "Sejak hari-hari masa debat ‎kandidat itu, saya telah mengingatkan Presiden sebab saya tahu presiden akan ‎melaksanakannya."‎

Mengenai tindak pidana korupsi beliau menegaskan, bahwa tak ada yang ‎mengingkari adanya tindak pidana korupsi dan penyelewenangan keuangan ‎negara di sini. "Jika tak ada tindak pidana korupsi di negara ini, tentu beberapa ‎tahun yang lalu saya tidak akan menulis surat delapan pasal tentang korupsi ‎kepada pimpinan tiga lembaga negara. Tapi tak diragukan bahwa Republik Islam ‎Iran termasuk salah satu sistem kenegaraan dan sosial di dunia yang paling ‎sehat. Data yang dikeluarkan oleh lembaga zionis jangan sampai dijadikan dasar ‎untuk menuduh adanya korupsi besar-besaran di negara ini, atau sebaliknya ‎tanpa alasan yang tidak benar orang satu pejabat tertentu dituduh dengan ‎tuduhan korupsi."‎

Beliau lebih lanjut menyimpulkan pembicaraannya dalam kaitan ini dan ‎mengatakan, "Rakyat Iran pada tanggal 12 Juni telah mengukir peristiwa ‎bersejarah. Namun sebagian kalangan yang memusuhi bangsa ini berusaha ‎mengubah loyalitas kepada pemerintahan Islam ini menjadi kegagalan nasional. ‎Mereka menebar isu yang meragukan kebenaran pemilu. Tujuannya adalah ‎untuk mencegah tercatatnya partisipasi terbesar dalam sistem demokrasi dunia ‎ini atas nama bangsa Iran. Namun fakta ini telah dicatat dalam sejarah, dan tak ‎bisa diingkari."‎

Ayatollah Al-Udzma Khamenei kepada rakyat Iran mengatakan, "Mereka yang ‎ikut berpartisipasi dalam pemilu dan memberikan suaranya kepada salah satu ‎dari empat kandidat, semua telah memberikan suaranya kepada pemerintahan ‎Islam dan revolusi ini. Insya Allah, mereka akan mendapat pahala Ilahi. Dengan ‎demikian dapat dikatakan bahwa revolusi Islam ini didukung oleh 40 juta suara, ‎bukan hanya 24,5 juta suara yang diperoleh presiden terpilih."‎

Rahbar menegaskan kembali bahwa rakyat Iran menaruh kepercayaan kepada ‎pemerintahan. Namun sebagian pendukung kandidat presiden harus tahu bahwa ‎Republik Islam bukan negara yang mau mengkhianati suara rakyat. Mekanisme ‎pemilihan umum di negara ini telah dibuat sedemikian rupa sehingga tak ‎mungkin terjadi kecurangan apalagi sampai berjumlah 11 juta suara.‎

Pemimpin Besar Revolusi Islam menambahkan, "Meski demikian, saya telah ‎menginstruksikan kepada Dewan Garda Konstitusi untuk menindaklanjuti ‎pengaduan pihak yang merasa ada kecurangan. Jika perlu melakukan ‎penghitungan ulang sejumlah kotak suara hendaknya dilakukan dengan ‎disaksikan oleh utusan dari masing-masing kandidat."‎

Beliau menyatakan bahwa pengaduan terhadap proses pemilu bisa dilakukan ‎lewat jalur dan aturan yang ada. "Saya tidak akan tunduk pada tekanan untuk ‎melakukan hal-hal yang tidak legal. Dalam setiap pemilu mesti ada yang menang ‎dan ada yang yang gagal. Jika hari ini kita melakukan tindakan yang menyalahi ‎aturan, maka ke depan tidak ada lagi pemilu yang bisa dipercaya," tegas beliau.‎

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menyebut undang-undang yang mengatur ‎pengaduan pemilu di Iran sebagai undang-undang yang lengkap. Beliau ‎mengatakan, "Undang-undang telah membuka pintu bagi para kandidat untuk ‎mengawasi dan mengajukan pengaduan. Semua hal harus dilakukan lewat jalur ‎yang benar."‎

Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam khotbah Jum'at ini lebih lanjut ‎mengarahkan pembicaraan kepada kalangan politikus, para kandidat, dan tokoh ‎partai politik. Beliau mengatakan, "Hari ini adalah masa-masa yang sensitif ‎dalam sejarah negara ini. Lihat apa yang terjadi di dunia, di kawasan Timur ‎Tengah, di negara-negara tetangga, juga kondisi ekonomi dunia saat ini. Karena ‎itu kita semua harus waspada saat berada pada masa yang genting seperti ini, ‎dan jangan sampai melakukan kesalahan."‎

Seraya menyatakan bahwa rakyat telah melakukan tugasnya dengan baik dalam ‎pemilu, Rahbar menandaskan, "Para aktivis politik dan mereka yang relatif bisa ‎memengaruhi opini umum hendaknya berhati-hati dalam berbicara dan ‎bertindak. Sebab, sedikit saja mereka bersikap ekstrim, akan muncul gelombang ‎ekstrimisme di tengah masyarakat yang dapat membawa negara ini ke dalam ‎kondisi genting dan berbahaya. Jika itu terjadi, mereka tak akan bisa ‎mengatasinya."‎

Menyinggung bahwa ekstrimisme akan melahirkan ekstrimis tandingan, beliau ‎menegaskan, "Jika elit politik hendak mengabaikan hukum, maka mau tidak ‎mau, mereka harus bertanggung jawab atas darah, kerusuhan dan kekacauan ‎yang terjadi."‎

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menambahkan, "Saya mengimbau rekan-rekan ‎lama dan saudara-saudara sekalian untuk bersikap lapang dada dan menahan ‎diri. Sadarilah dan jangan lalai akan adanya tangan-tangan musuh dan serigala-‎serigala buas yang sekarang sedikit demi sedikit mulai menyingkap wajah asli ‎dan menanggalkan basa-basi diplomasi."‎

Seraya mengingatkan para elit politik agar memikirkan tanggung jawab mereka ‎kelak di hadapan Allah, beliau mengatakan, "Saudara-saudaraku, ingatlah ‎kembali wasiat terakhir Imam Khomeini (ra) yang menegaskan bahwa hukum ‎adalah penyelesai akhir bagi setiap masalah."‎

Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan bahwa kotak suara pemilihan umum ‎adalah penentu segala perselisihan politik. Beliau menjelaskan, "Pemilihan umum ‎diadakah untuk mengetahui apa yang diinginkan rakyat lewat suara mereka, ‎bukan lewat aksi di jalan-jalan."‎

Ayatollah Al-Udzma Khamenei mengingatkan, "Jika setiap pemilu bakal disusul ‎dengan aksi turun ke jalanan oleh kubu yang kalah, sebaliknya pihak yang ‎memenangi pemilu membalas dengan mengerahkan para pendukungnya untuk ‎unjuk kekuatan, lantas buat apa pemilu dilaksanakan? Selain itu apa dosa rakyat ‎sehingga pekerjaan dan kehidupan mereka harus terganggu karena tindakan ‎kita?"‎

Menyinggung demonstrasi jalanan yang marak belakangan ini, beliau ‎mengingatkan bahwa aksi mobilisasi massa seperti ini mudah dimanfaatkan oleh ‎anasir teroris untuk melakukan aksi terror. Beliau mengatakan, "Jika di sela-sela ‎konsentrasi massa ini terjadi tindakan teror, siapakah yang lantas bertanggung ‎jawab? Siapa yang bertanggung jawab atas tewasnya warga sipil atau aktivis ‎Basij dalam beberapa hari ini? Siapa yang bertanggung jawab atas aksi itu dan ‎reaksi atas terjadinya teror ini?"‎

Rahbar menyampaikan kritiknya yang keras terhadap rangkaian peristiwa yang ‎terjadi khususnya serangan terhadap asrama Universitas Tehran. Beliau ‎mengatakan, "Orang akan sedih menyaksikan terjadinya serangan terhadap ‎asrama universitas Tehran dan pemukulan terhadap para mahasiswa yang ‎mukmin dengan mengatasnamakan pembelaan kepada Pemimpin Revolusi ‎Islam."‎

Beliau lebih lanjut menegaskan bahwa aksi unjuk kekuatan di jalan-jalan pasca ‎pemilu sama dengan menolak pemilu dan demokrasi. "Saya minta kepada semua ‎pihak untuk mengakhiri cara-cara yang salah ini. Jika tidak, mereka harus ‎menanggung sendiri akibat dari kekacauan yang ditimbulkannya."‎

Pemimpin Besar Revolusi Islam menandaskan, "Sebagian pihak mengira bahwa ‎dengan mengerahkan massa di jalan-jalan mereka dapat menekan pemerintahan ‎dan para pejabat tinggi negara akan terpaksa mengabulkan tuntutan mereka ‎demi kemaslahatan. Tapi saya tidak akan tunduk pada tekanan ini, sebab ‎mengambil langkah yang ilegal adalah awal dari kediktatoran."‎

Beliau menambahkan, "Anggapan seperti itu jelas keliru. Jika anggapan itu lantas ‎memicu tindakan yang salah, maka mereka yang berada di balik layar itulah ‎yang harus bertanggung jawab atas akibatnya. Jika perlu, nanti di saat yang ‎tepat masyakarat akan mengenal siapa mereka."‎

Rahbar mengimbau semua kalangan untuk menjalin persaudaraan dan ‎kesepahaman serta bersama-sama menghormati hukum. "Jalur hukum, ‎persaudaraan dan persahabatan tetap terbuka. Saya berharap, semuanya ‎melangkah di jalan ini, dan bersama-sama memeriahkan pesta 40 juta suara ‎rakyat ini. Jangan biarkan musuh merusak keceriaan pesta besar kita," imbau ‎beliau.‎

Beliau memperingatkan, jika masih ada yang nekad menempuh jalan yang lain, ‎maka saya akan berbicara kepada masyarakat dengan lebih transparan.‎

Di bagian lain khotbahnya, Ayatollah Al-Udzma Khamenei menyinggung ‎pernyataan sejumlah pimpinan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, seraya ‎mengatakan, "Sebelum berlangsungnya pemilu, media massa dan para ‎pemimpin negara-negara Barat berusaha menebar keragu-raguan soal pemilu ‎dengan tujuan melemahkan partisipasi masyarakat. Partisipasi 40 juta warga ‎yang memberikan suara dalam pemilu, menyentak media dan para pemimpin ‎Barat. Peristiwa besar ini menunjukkan kepada mereka akan babak baru dalam ‎sejarah Republik Islam Iran, dan tak ada jalan bagi mereka kecuali menerima ‎kenyataan ini." ‎

Pemimpin Besar Revolusi Islam menambahkan, protes dari sejumlah pihak di ‎dalam negeri pasca pemilu, dipandang oleh Barat sebagai peluang yang harus ‎dimanfaatkan. Retorika mereka pun berubah dan secara perlahan kedok yang ‎menutupi wajah mereka pun disingkap.‎

Beliau menjelaskan, di awal pekan, sejumlah pemimpin dan pejabat tinggi Barat ‎menunjukkan sikap yang bermusuhan dengan negara Islam ini, dan yang paling ‎keji adalah sikap pemerintah Inggris.‎

Terkait pernyatan sejumlah petinggi AS yang mengaku menantikan terjadinya ‎kerusuhan di Iran dan turunnya massa ke jalan-jalan, Rahbar menegaskan, ‎‎"Pernyataan seperti ini disampaikan ketika mereka di satu sisi mengirimkan surat ‎yang mengaku menghormati dan ingin menjalin hubungan dengan Republik ‎Islam Iran. Manakah yang bisa dipercaya, pernyataan itu atau surat ini?"‎

Ayatollah Al-Udzma Khamenei mengungkapkan, "Seiring dengan itu, di dalam ‎negeri sejumlah anasir yang berperan sebagai antek asing menggelar operasi ‎pengerusakan, pembakaran, perampokan, dan menebar ketidakamanan. ‎Tentunya, aksi-aksi merusak seperti ini tidak ada kaitannya dengan rakyat dan ‎pendukung kandidat peserta pemilu. Aksi itu dilakukan oleh oknum-oknum yang ‎tidak menginginkan kebaikan untuk rakyat Iran dan boneka yang bermain untuk ‎kepentingan dinas-dinas intrelijen Barat dan Zionis."‎

Beliau menekankan, "Kondisi ini membuat musuh berpikir bisa melahirkan ‎revolusi beludru di Iran, seperti yang dilakukan oleh konglomerat zionis di ‎sejumlah negara kecil dengan hanya berbekal dana 10 juta dolar. Masalah utama ‎musuh-musuh Iran adalah mereka tidak mengenal bangsa ini."‎

Dalam hal ini, yang paling busuk adalah sikap para petinggi AS yang menyatakan ‎simpati dengan kondisi hak asasi manusia di Iran. Menurut Rahbar, mereka yang ‎melakukan kejahatan besar di Afganistan dan Irak serta mengucurkan bantuan ‎finansial dan politik kepada rezim zionis Israel tidak berhak berbicara soal HAM.‎

Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan kembali peristiwa pembunuhan ‎massal 80 orang anggota sekte Davidian yang terjadi di AS pada masa ‎kepresidenan Bill Clinton. Rahbar mengatakan, "Kalian yang telah membakar ‎hidup-hidup 80 orang, termasuk perempuan, laki-laki dan anak kecil, apa yang ‎kalian ketahui tentang hak asasi manusia?" ‎

Beliau menyatakan, sebagai negara yang mengangkat panji pembelaan terhadap ‎HAM dan hak orang-orang tertindas, Republik Islam Iran tak memerlukan ‎nasehat Dunia Barat. Sebaliknya, para pemimpin Eropa dan Amerika sudah ‎seharusnya merasa malu dan mengakhiri sikap-sikap yang anti HAM.‎

Di akhir khotbah kedua, Ayatollah Al-Udzma Khamenei meminta doa dari Imam ‎Mahdi (as) dan menyatakan ikrar akan terus berjuang demi Islam dengan siap ‎mengorbankan jiwa, raga dan kehormatan.‎

Pemimpin Besar Revolusi Islam pada khotbah pertama menyeru jemaah Jum'at ‎untuk selalu mengingat Allah. Beliau mengatakan, "Di saat-saat genting ketika ‎hati dipenuhi oleh kegelisahan dan kecemasan, dzikrullah dan berharap kepada ‎terwujudnya janji Allah adalah benteng paling baik. Dengan demikian, Allah Swt ‎akan menurunkan sakinah dan ketenangan ke dalam hati kaum Mukmin, dan ‎itulah yang akan membuatnya kokoh dan mantap dalam melangkah."‎

Seraya menyinggung berbagai peristiwa besar yang terjadi sepanjang sejarah ‎revolusi Islam, beliau menandaskan, "Peristiwa-peristiwa besar itu ibarat badai ‎dahsyat yang masing-masing dapat menghancurkan sebuah bangsa dan negara. ‎Akan tetapi bahtera revolusi Islam tetap kokoh berkat keimanan dan tekad kuat ‎rakyatnya yang mukmin. Ini menandakan bahwa Allah menurunkan rahmat dan ‎anugerahNya kepada bangsa ini."‎

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menyebut takabur dan lalai kepada Allah dapat ‎menjadi faktor terhentinya curahan rahmat Ilahi. Beliau mengatakan, "Semua ‎orang harus waspada, jangan sampai emosi di panggung politik dan dialog bebas ‎yang lazim terjadi di sebuah negara memalingkan kita dari dzikrullah dan tujuan ‎utama kita."‎

Seraya menjelaskan keimanan dan semangat spiritual para pemuda, beliau ‎berpesan kepada seluruh rakyat khususnya generasi muda untuk memanfaatkan ‎secara penuh kesempatan spiritual yang ada, seraya mengatakan, "Tak lama lagi ‎bulan Rajab akan tiba. Doa-doa bulan ini yang merupakan lautan makrifat, ‎hendaknya dimanfaatkan sebaik mungkin."‎

CIA: 400 Juta Dollar untuk Kerusuhan di Iran

Mirza Aslam Beik mantan Panglima Besar Pakistan Jaman Benazir Butto melaporkan, demi hancurnya Iran, CIA telah mengucurkan dana sebesar 400 juta Dollar sejak pemilu belum dimulai hingga hari ini di Iran. Rilis situs Farsnews yang dinukil Islammuhammadi.

Sementara itu situs berita Stasiun TV CNN melaporkan bahwa Amerika Serikat menyerahkan bantuan 10 ribu peralatan canggih kepada perusuh supaya tetap ada kontak antara perusuh dengan Washington DC. Rilis Stasiun TV Chanel 1 Iran tadi malam, 20/06/09.

Keluarga Rafsanjani Kena Cekal

Faizeh
Faizeh Hashemi
Situs berita Farsnews yang dinukil oleh Islammuhammadi hari ini melaporkan pencekalan orang-orang dekat Hashemi Rafsanjani. Faizeh Rafsanjani adalah anak perempuan Hashemi yang diamankan oleh pihak keamanan Iran karena melakukan demonstrasi ilegal. Rilis situs Farsnews hari ini.
"Dari sumber pemerintah, Faizeh Rafsanjani tidak diperbolehkan meninggalkan negeri ini," demikian dilaporkan Fars News. Faizeh terlibat dalam demonstrasi ilegal, membuat kerusuhan, dan aksi pengrusakan pasca pemilu Iran.

Selain Faizeh Rafsanjani, Mehdi Rafsanjani anak laki-laki mantan presiden Iran ini juga dicekal beberapa hari lalu oleh pihak keamanan Iran terkait kerusuhan dan demo ilegal namun selang satu hari dibebaskan.

Pemerintah Iran menyatakan akan bertindak tegas kepada siapapun jika membikin kerusuhan dan pengrusakan. Farsnews melaporkan.

Pasca pidato Ayatullah Ali Khamenei, Jumat 19/06/09, kecurigaan kecurangan dalam pemilu bisa diselesaikan melalui undang-undang.

Wartawan BBC Diusir dari Iran

Situs berita Farsnews melaporkan pengusiran wartawan BBC yang meliput pengrusakan di Teheran hari ini, 21/06/09. John Lynch adalah wartawan senior BBC.
Pihak pemerintah Iran memberikan senggang waktu 24 jam kepada John Lynch, wartawan yang masuk ke jajaran BBC pada tahun 1976, untuk segera angkat koper dan meninggalkan Teheran, seperti yang dilaporkan oleh Farsnews hari ini.

John Lynch dinyatakan bersalah oleh pihak keamanan Iran karena memberikan laporan berita-berita bohong dan dusta.

BBC selama kerusuhan di teheran pasca pemilu berlangsung, punya andil besar dalam menyulut konflik dan fitnah di dalam negeri Iran.

Selain menyebarkan fitnah dan berita dusta, BBC juga melanggar kode etik jurnalistik dan tidak menghargai undang-undang negara Iran.

Senin, 29 Juni 2009

Melawan Inakurasi: Kasus Neda


NEDA

Suatu ketika di sebuah ruang maya, seseorang menuliskan drama Neda. Begini tulisnya:

Ia terkapar dengan mata terbuka. Darah meleleh dari mulutnya. Juga dari tubuhnya
yang tertembus peluru.
Sejumlah orang mengerumuninya, berusaha membantunya.
“Bangun Neda! Neda! Bangunlah anakku…” Berteriak ayahnya berulang-kali.
Seorang lain berseru, “Jangan takut Neda, jangan takut…!”
Neda tidak takut. Karenanya perempuan muda itu berada di sana, bersama ribuan
orang lain. Menyuarakan pembaruan, reformasi. Memprotes hasil Pemilu yang
dipandangnya ganjil. Menentang secara terbuka kekuatan raksasa yang selama ini
bagai tahayul: presiden Ahmadinejad, para Mullah di bawah pimpinan Ayatullah Ali
Khamenei, Pasukan pengawal revolusi, milisi Basij.
Ia tidak lagi takut. Namun ia tidak bangun lagi. Peluru merubuhkannya di jalanan
Teheran. Neda mati.
Ia salah satu dari belasan yang tewas, mungkin di tangan milisi Basij, atau bisa
jadi pasukan pengawal revolusi iran, bisa jadi polisi. DAn nanti kaum pembela
Ahmadinejad akan bilang, ia tewas oleh peluru kaumnya sendiri: kaum pro
Moussavi, atau kaum reformis, atau bahkan agen asing, untuk memojokkan Republik
Islam Iran.
Neda sekadar angka tak berarti bagi Revolusi Iran. Tak berarti bagi Ahmadinejad. Tak berarti bagi Khamenei.
Namun Neda penuh arti bagi seluruh kaum berakal sehat dan bernurani.
Dan Neda tidak takut. Yang takut adalah mereka: –Ahmadinejad, Khamenei,
Basij, dan para pendukung buta mereka .

Lalu datang balasan puitis dari peserta di sana. Isinya begini:

Neda, oh Neda
Sekiranya kau memang ada,
Sekiranya kau diwartawakan apa adanya,
Tentu kau tak perlu merana,
Meminta belas kasih pada si Aa :p

Saya langsung penasaran dan pelan2 mulai menggeledah. Sebentar saja, saya menemukan puluhan keganjilan dalam alur kisah Neda di hampir semua media Barat.

Mula2 soal nama. Di link yg khusus didedikasikan untuk memuat berita tentang Neda dari seantero media Massa ini (http://open.salon.com/blog/kathy_riordan/2009/06/22/updates_on_neda_symbol_of_a_revolution), setidaknya ada enam kombinasi nama Neda. Berikut adalah rinciannya: Neda Soltani, Neda Agha-Sultan, Neda Agha Soltan, Neda Agha-Setan, Neda Agha-Soldan, dan Neda Salehi. Terakhir, Neda Salehi dipastikan salah, lantaran Salehi ternyata adalah nama jalan TKP terbunuhnya Neda.

Masih soal nama. Dalam link di atas, kita menemukan nama tunangan Neda dalam dua versi berikut: Caspian Makan dan Kasamin Makan.

Lalu soal video sadis yg diputar berulang2 di jaringan2 teve dunia, termasuk di Indonesia. Dr. Amy L. Beam, preofesional di bidang teknologi informasi, sejak awal juga skeptis dengan video tersebut. Lalu dia mencari2 dan menemukan bahwa Neda Agha-Soltani yg fotonya telah beredar di berbagai media dunia ternyata masih hidup. Kisah lengkapnya bisa dilihat di sini: http://wipoun.blogspot.com/2009/06/how-wrong-neda-photo-became-irans-face.html.

Saya bukan ahli informatika, apalagi profesional. Tapi saya juga menemukan beberapa kejanggalan video itu, dan saya tuliskan dalam milis di atas seperti ini:

Analisis sederhana menyimpulkan kematian orang yang ditembak dari kejauhan tidak berlangsung sprt itu. Adegan dalam film Neda itu kemungkinan besar dirancang sebelumnya–dalam naskah film yg grotesque. Tapi biarkan pakar2
yg menjelaskan soal prosesnya.
Yg aneh, bagi saya, Neda ini konon ditembak oleh sniper dari kejauhan. Lha kok mendadak ada yg bisa merekam adegan penembakan yg sudah seharusnya berlangsung misterius itu secara lengkap begitu ya? Lebih aneh lagi, dlm keadaan segawat itu kok ada lelaki (berbaju putih) yg sempat menatap ke arah kamera dan memastikan bahwa adegan itu terekam ya? Belum lagi soal pendarahan yg tiba2 muncrat dari mulut Neda ini saat lelaki tua (berkaos lorek) yg tangannya sudah berlumur darah menghampiri dan meremas2nya? Lalu, di video itu seolah2 ada “kru” pembuatan film yg sedang berkerumun dan bahkan hampir bertabrakan. Kalau saya yang jadi pengarah kamera, tentu saya akan lebih fokus ke arah munculnya suara tembakan.

Video Neda ini jelas berbeda dengan video penembakan IDF atas Muhammad Al-Durra beberapa tahun silam yg langsung beredar di beragam media elektronik dunia. Mengapa? Sederhana saja, banyak yang curiga dengan adegan film Neda ini. Makanya di media cetak selalu dibilang bahwa video itu tak bisa di verifikasi secara independen. Ironisnya, seorang bloger pro Israel membandingkan video ini dengan video penembakan Muhammad Al-Durra di sini: http://backspin.typepad.com/backspin/2009/06/neda-and-aldura-equivalent-icons.html

Keganjilan lain yang makin mengganggu adalah temuan Dr. Amy di blognya. Foto2 Neda yg menyebar luas secara histeris di media dunia ternyata milik gadis Iran bernama Neda Agha-Soltani yg ternyata masih hidup. Neda “yg hidup” itu lalu cemas, ketakutan, dan tak tahu harus berbuat apa. Kisah lengkapnya bisa di lihat di sini: http://wipoun.blogspot.com/2009/06/how-wrong-neda-photo-became-irans-face.html. Situs Farsnews juga sempat melaporkan bahwa keluarga Neda terpaksa pindah rumah untuk menyembunyikan identitas.

Akibat temuan Dr. Amy itu lantas sejumlah media Barat mengubah gambar Neda dengan “foto2” baru, tapi sebagian lain tetap. Wikipedia, misalnya, tetap menggunakan foto lama.

Versi ”resmi” kematian Neda bisa Anda lihat di link ini (http://iusnews.ir/index.php/news/42-latest/629-1388-04-06-06-01-38.html). Dalam versi itu ada kesaksian dari guru musik Neda (manula yg dalam video itu berkaos loreng2). Dia menyatakan bahwa Neda ditembak di gang kecil yg jauh dari kerumunan demonstran. Di situ ada juga kesaksian sopir taksi yg mencoba melarikan Neda ke rumah sakit. Sayangnya, versi ini tak melacak lebih jauh inakurasi foto, nama dan video kematiannya. Penuturan langsung menukik ke soal kematian Neda.

Jelas, kematian orang tak berdosa adalah tragedi. Hati nurani tiap manusia takkan tinggal diam menyaksikannya. Tapi distorsi, disinformasi dan inakurasi bisa melahirkan kebiadaban dan tragedi yg jauh lebih besar. Bukankah skandal WMD ala rezim Bush yg hingga kini menelan korban lebih dari satu juta rakyat tak berdosa Irak? Dan inilah yg mesti kita lawan.

Sampai detik ini, saya bersikap ragu atas semua berita dan versi, “resmi” maupun Barat. Tapi keraguan saya pada versi Barat lebih kuat, lantaran di sana sudah terdapat tuduhan2 yg mengarahkan dunia untuk mengutuk dan medemonisasi pemerintah Iran.

Marilah berpikir jernih, dan mencari keakuratan di tengah histeria disinformasi dan inakurasi.

( http://musakazhim.wordpress.com/2009/06/29/melawan-inakurasi-kasus-neda/ )

Khamenei: Sebagian Petinggi Barat Idiot


Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada hari Minggu mengecam negara-negara Barat “berkomentar idiot” mengenai pemilihan presiden.

“Sebagian petinggi Amerika dan Eropa yang memberi komentar idiot mengenai Iran, berbicara seolah masalah mereka sendiri sudah selesai dan Iran masih jadi satu-satunya masalah buat mereka,” kata Khamenei saat bertemu dengan para petinggi pengadilan di negara tersebut.

“Mereka mengabaikan fakta bahwa rakyat Iran yakin, setiap kali mereka (para pemimpin Barat) mulai menggunakan politik, maka hal itu jadi ternoda, ” katanya seperti dilaporkan AFP yang memantau televisi resmi Iran tersebut.

Para pemimpin Iran telah membeberkan rangkaian tuduhan bahwa negara-negara Barat, khususnya AS dan Inggris, terlibat dalam kerusuhan pasca pemilu.(antara)

Rafsanjani Tunjukkan Kesetiaan, Gejolak Mereda


George Gallaway, anggota Parlemen Inggris, dalam wawancara dengan televisi Alalam mengatakan bahwa Inggris mengerahkan seluruh media untuk menciptakan destabilitas politik dalam Iran.

Sementara itu dilaporkan bahwa Pemerintah Iran menahan 8 warga Iran yang bekerja sebagai staf di kedutaan Inggris. Mereka diatngkap karena terbukti melakukan serangkaian provokasi demi mengacaukan pilpres dan menyebarkan isu-isu yang memojokkan sistem Republik Islam.

Tindakan ini diambil beberapa haris setelah pihak Deplu Iran mengusir dua dilpomat Inggris yang terbukti melakukan aktivitas di luar tugas diplomatiknya.

Situasi politik di Iran berangsur reda, terutama setelah Ayatullah Hashemi Rafsanjani, Ketua Dewan Pertimbangan Masalahat, mengeluarkan pernyataan yang berisikan kecaman terhadap Barat yang sengaja mencampuri urusan dalam negeri Iran. Pada bagian lain dari pernyataannya, Rafsanjani mengatakan bahwa instruksi Ayatullah Uzhma Ali Khamenei, selaku Pemimpin Tertinggi, terkait perlunya menggunakan jalur konstitusional untuk menyampaikan gugatan, merupakan kata pemutus yang mesti dipatuhi.

Kubu Reformis Berantakan


Seorang anggota Parlemen Iran dari kubu reformis, Sobhani Niya, sebagaimana dilaporkan televisi alalam, mengatakan bahwa Rafsanjani menjadikan pernyataan Ayatullah Khamenei terkait kisruh pilpres Iran, sebagai kata pemutus yang mesti dipatuhi semua pihak.

Sementara itu, dilaporkan pula rencana pembentukan Komisi khusus Penyelidikan gugatan para capres. Komisi yang kemungkinan beranggota enam atau lima ini diisi oleh para guru besar dalam. Yang jelas ada dua tokoh senior di dalamnya, yaitu Ali Velayati (mantan Menlu) dan Hadda Adil (mantan Ketua Parlemen

Mehdi Karroubi, yang beberapa hari lalu menuntut pembatan pelpres, menyatakan sambutannya atas rencana tersebut.

Sementara Mohsen Rezai beberapa hari lalu mencabut gugatannya seraya menganggap langkah sebagai manifestasi kepatuhan kepada undang-undang.

Hanya Mousavi di antara semua capres yang nampaknya mengabaikan seruan Pemimpin Tertinggi, Ayatullah Khamenei, dengan menuntut pemilu ulang. Hingga kini ia secara terus menerus memproduksi dan mendistribusikan tuntantan dan tuduhan curang terhadap Ahmadiejad.

Reporter televisi Aljazeera melaporkan bahwa telah terjadi frikisi dalam kubu yang disebut “reformis).

Intervensi Barat, Senjata Makan Tuan

Senin, 29 June 2009 Jurubicara Departemen Luar Negeri Republik Islam Iran, Hasan Qashqavi menyatakan, Iran tidak memiliki rencana untuk menutup kedutaan besar negara lain ataupun menurunkan skala hubungan diplomatik dengan negara manapun.

Qashqavi dalam jumpa pers mingguannya hari ini (Senin, 29/6) juga menyinggung masalah pengusiran dua diplomat Inggris dan penangkapan sejumlah staf lokal Kedutaan Besar (Kedubes) Inggris di Tehran. Ia menilai, kasus pengusiran atau pun penangkapan itu bukan berarti penurunan skala hubungan bilateral. Jubir Deplu Iran ini menjelaskan, tak ada satupun diplomat Kedubes Inggris di Tehran yang ditangkap. Mereka yang ditangkap adalah staf lokal berkewarganegaraan Iran. Mereka ditangkap lantaran melakukan tindakan yang bertentangan dengan hukum dan akan ditindak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Qashqavi menambahkan, penangkapan warga Iran yang menjadi staf lokal di Kedubes Inggris tidak menyalahi Konvensi Hak-Hak Diplomatik. Sebab, mereka bukan berstatus sebagai diplomat.

Menyinggung surat Menteri Luar Negeri Inggris, David Milliband kepada mitra Irannya, Manochehr Motakki dua hari lalu dan pembicaraan via telepon mereka berdua, Jubir Deplu Iran memamparkan, Menlu Inggris menekankan bahwa London tidak bermaksud untuk mencampuri urusan dalam negeri Iran. Menjawab hal itu, Menlu Iran pun menyatakan, jika memang kenyataannya demikian, maka itu merupakan langkah yang positif dalam memperbaiki hubungan Tehran dengan London dan negara-negara Barat lain.

Mengomentari serangan anggota kelompok teroris MKO (Mujahidin-e Khalq Oragnization), aktivis komunis dan anti-Revolusi Islam terhadap Kedubes Iran di Stockholm, Swedia, Qasqavi menandaskan, "Mereka semua merupakan kalangan yang memboikot pemilu. Pada hari pemungutan suara pun, mereka juga menciptakan gangguan keamanan dan kekerasan terhadap para peserta pemilu. Mereka tak ada kaitannya sama sekali dengan para peserta pemilu maupun capres. Jubir Deplu Iran menambahkan, kendati saat itu gedung Kedubes Iran dijaga ketat oleh polisi Swedia, namun kelompok perusuh berhasil menerobos gedung dan melakukan perusakan, hingga mengakibatkan tiga diplomat Iran cidera. Qashqavi menilai, aksi tersebut bertentangan nyata dengan konvensi dipolmatik internasional dan pemerintah Swedia mesti bertanggung jawab atas kejadian tersebut serta harus menebus seluruh kerugian materi maupun non-materi yang diderita diplomat dan kedubes Iran.

Di bagian lain keterangannya, Jubir Deplu Iran, Hasan Qashaqavi juga mengkritisi sikap campur tangan sejumlah negara Barat terhadap urusan domestik Iran. Menurutnya, semakin mereka mengintervensi Iran, hal itu justru memberikan dampak buruk bagi kepentingan mereka sendiri.