Rabu, 17 Desember 2008

18 tahun Fatwa Mati Salman Rushdi










Oleh: Saleh Lapadi

Penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw tidak pernah berhenti di Barat. Benar, Imam Khomeini pernah mengeluarkan fatwa hukuman mati atas Salman Rushdi. Namun, penghinaan terhadap Nabi Islam, Muhammad saw tidak pernah selesai. Permusuhan Barat terhadap Islam masih tetap berlangsung. Pemuatan karikatur yang menghina Nabi Muhammad saw di Denmark masih satu jalur dengan Ayat-ayat Setan Salman Rushdi. Sekalipun didemo di mana-mana, masih saja di sebagian negara-negara seperti Inggris, Azerbaijan dan terakhir Prancis yang proses pengadilannya tengah berlangsung, melakukan penghinaan.

Dengan nama-Nya Yang Maha Tinggi

Inna Lillahi Wa Inna Ilahi Rajiuun.

Saya beritahukan kepada kaum muslimin pemberani di seluruh dunia. Telah diterbitkan buku Ayat-ayat Setan yang menghina Islam, Nabi dan al-Quran. Penulis serta penerbit buku itu hukumannya adalah MATI!

Saya mengharap kepada seluruh kaum muslimin pemberani yang menemukan mereka di mana saja untuk membunuh mereka. Sehingga tidak ada lagi orang yang berani menghina hal-hal yang disucikan oleh kaum muslimin.

Siapa saja yang mati dalam usaha membunuh mereka, terhitung sebagai syahid Insya Allah. Perlu diketahui, bila seseorang mengetahui keberadaan si penulis buku, namun ia sendiri tidak dapat membunuhnya, maka ia harus mengabarkan kepada orang lain sehingga mereka yang akan melakukan pembunuhan itu dan ia dapat merasakan akibat dari amal perbuatannya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

25/11/1367 (14 Pebruari 1989)

Ruhullah al-Musawi al-Khomeini

Pendahuluan

Tanpa terasa, fatwa hukuman mati Salman Rushdi yang dikeluarkan oleh Imam Khomeini telah berumur 18 tahun. Pada masa dikeluarkannya fatwa tersebut tidak ada yang membayangkan Imam Khomeini akan menyikapi buku Ayat-ayat Setan sekeras itu. Karena pada waktu itu, Iran baru saja menerima resolusi PBB nomor 598 yang berarti gencatan senjata dengan Irak. Dengan itu, Iran tentu disibukkan dengan usaha untuk melakukan perdamaian.

Semua lupa akan prinsip-prinsip berpikir Imam Khomeini. Pikirannya melewati batas-batas teritorial Iran dan orang-orang Iran. Imam Khomeini dalam segala urusannya hanya untuk Allah dan agama. Ia senantiasa berusaha untuk itu dan tidak pernah menunjukkan keletihan dalam masalah ini. Ketika Imam Khomeini mengetahui isi buku Ayat-ayat setan, ia langsung menciap kebatilan buku ini. Ada rencana di balik penerbitan buku itu. Itulah yang membuat beliau mengeluarkan fatwa bersejarahnya.

Lebih jauh tentang Salman Rushdi
Salman Rushdi lahir di kota Devanegari, Bombai India pada tanggal 19 Juni 1947. Setelah Pakistan berdiri sendiri, ia bersama keluarganya pindah ke Karachi dan setelah itu berimigrasi ke Inggris. Ia ke Inggris ketika berumur 13 tahun dan menyelesaikan sekolahnya di sana. Setelah menyelesaikan kuliahnya di jurusan sejarah di universitas Cambridge, ia kembali ke Pakistan. Dengan menulis artikel selama di Inggris, ia dapat membayar sebagian biaya sekolahnya sendiri. Akhirnya ia pindah warga negara Inggris.

Tujuh tahun setelah menulis artikel ia akhirnya berhasil menulis novel berjudul Midnight’s Children tahun 1981. Dengan buku itu ia mendapat hadiah sastra Inggris Booker Prize. Buku ini isinya mengkritik perlawanan rakyat India untuk merdeka dari tangan Inggris. Sekitar setengah juta naskah terjual. Pada tahun 1983 ia menulis buku Shame tentang kondisi Pakistan. Buku The Jaguar Smile: A Nicaraguan Journey 1987 adalah hasil dari perjalanan 3 minggunya ke Nikaragua.

Gaya penulisannya adalah Realisme, namun dengan mengubah semua tokoh asli begitu juga tempat kejadian. Gaya penulisannya tidak mengikuti pakem yang ada selama ini. Dengan ini ia sesuka hati ia menulis apa saja dan menisbatkannya kepada siapa saja yang disukainya. Bukunya yang paling menyedot perhatian adalah The Satanic Verses yang dikenal dengan nama Ayat-ayat Setan. Buku ini ditulisnya pada tahun 1988.

Latar belakang penulisan buku Ayat-ayat Setan
Menganalisa cara berpikir Salman Rushdi dapat lacak dari keluarganya. Ibunya adalah seorang penari bernama Vanita. Pada masa remajanya ia disukai oleh seorang pemuda bernama Raju. Vanita beberapa kali lewat Salim Khan, gubernur Bombai, melakukan penghinaan terhadap masjid. Pernah ia meletakkan kepala babi di undak-undakan masjid kemudian lari menyembunyikan dirinya. Ia juga pernah membakar upacara orang-orang Hindu dan menyebarkan bahwa itu dilakukan oleh kaum muslimin. Setiap kali ia melakukan penghinaan, ia mendapat bayaran dari Salim Khan.

Rupanya Salim Khan juga tertarik dengan Vanita dan hendak mempersuntingnya. Sebagai jawabannya ia menjawab: “Aku menikah karena uang dan kalau engkau punya uang aku menjadi milikmu”. Setelah setuju, ia akhirnya menikah dan dibawa ke istana. Ia menghabiskan malamnya di istana Lord William dan sejak malam itu, ia tidak keluar-keluar dari istana.

Ketika Lord William dipanggil untuk kembali ke Inggris, ia berkata kepada Vanita: “Aku punya istri di Inggris dan ayahnya punya pengaruh kuat di sana. Aku tidak dapat membawamu ke sana”. Lord William pergi. Vanita kembali ke pelukan Raju yang masih menantinya. Setelah Vanita melahirkan anaknya ia meninggal. Raju membawa anak itu dan meninggalkannya di masjid. Seorang bernama Safdar menemukan bayi tersebut dan membawanya pulang ke rumahnya. Ia kemudian memberinya nama Salman. Ia besar di keluarga muslim.

Semenjak kecilnya ia terkenal nakal. Pada umur tiga belas tahun ia sudah tiga belas kali ditahan polisi. Pada masa itu, istri Lord William meninggal. Karena tidak punya anak dari istrinya, ia kemudian mengingat Vanita dan anaknya. Ia mengirim surat kepada Salim Khan untuk menemukan anaknya. Lewat Raju, Lord William menemukan Salman. Ketika tahu bahwa dia adalah anak dari seorang perwira inggris, ia sangat senang. Ia kembali ke rumah. Di rumah ia menemukan ibu angkatnya tengah menunaikan salat. Ketika sujud, ia menginjak kepala ibu angkatnya sehingga kepalanya terluka. Ia keluar dari rumah dan kemudian berangkat ke Inggris.

Ia kemudian di masukkan asrama melanjutkan sekolahnya di Inggris. Di sana ia berkenalan dengan Umar anak Mesir. Mereka kemudian menjalin percintaan dan sepakat untuk menikah. Mereka akhirnya membuka ajaran-ajaran agama yang memperbolehkan perkawinan sesama jenis. Mereka tidak menemukan ajaran yang memperbolehkan. Ketika Madame Rosa ibu asrama mengetahui gelagat ini, ia menyurati ayah Umar yang berpangkat jenderal. Ayahnya datang untuk membawa anaknya pulang ke Mesir. Umar yang begitu cinta kepada Salman akhirnya membakar dirinya. Setelah Umar meninggal, Salman sangat terpukul dan memutuskan untuk membalaskan dendamnya terhadap agama-agama.

Ayat-ayat Setan
Salman Rushdi menulis banyak buku. Bila jeli melihat karangan-karangannya, kebanyakan isinya menghina agama dan keyakinan masyarakat setempat. Dalam bukunya Grimus (1975), secara terang-terangan ia menghina keyakinan orang-orang India. Buku Shame (1983) ditulisnya juga dengan isi yang sama.

Midnight’s Children (1981) ditulis mengkritik perjuangan rakyat India untuk mendapatkan kemerdekaannya dari Inggris. Bukunya The Jaguar Smile: A Nicaraguan Journey (1987) terkait dengan situasi politik di Nikaragua dan keyakinan masyarakatnya.

Puncak penghinaannya terhadap agama dengan menulis novelnya yang berjudul The Satanic Verses (1988). Ia menulis buku ini pada usia 47 tahun. Sebelum ia menulis buku ini, ia ikut hadir dalam sebuah pertemuan yang bermaksud untuk menghancurkan agama tidak lagi dengan senjata, tapi dengan tulisan. Tujuan itu terealisasikan dengan diterbitkannya buku ini.

Untuk pertama kalinya ketika dicetak dalam 547 halaman. Buku ini dicetak oleh penerbit Viking anggota jaringan penerbit Penguin. Salman Rushdi menulis buku ini karena pesanan pimpinan Viking, seorang Yahudi, dengan bayaran gila-gilaan 850 ribu pound.

Buku Ayat-ayat Setan bukanlah buku ilmiah, melainkan hanya sekedar fantasi penulis. Sekalipun demikian, penghinaannya terhadap keyakinan yang disucikan oleh kaum muslimin tidak dapat dibiarkan begitu saja.

Untungnya, Imam Khomeini cepat tanggap rencana besar dibalik penerbitan buku ini. Beliau kemudian mengeluarkan fatwa hukuman mati yang bersejarah. Fatwa ini membuat skenario besar itu prematur. Umat Islam tersadar dan ini membuat Barat lebih berhati-hati. Inggris sebagai pembela nomor satu Salman Rushdi mencoba menekan Iran dengan ancaman ekonomi dan politik agar Imam Khomeini menarik kembali fatwanya. Tidak cukup itu saja, dengan menggerakkan 12 negara lainnya mereka kemudian memburukkan citra Iran dan Imam Khomeini.

Di balik tekanan dari negara-negara Barat, keteguhan Imam Khomeini membuat mereka lelah dan kemudian pasif menerima. Di sisi lain, ini seperti meniupkan semangat baru ke dalam dunia Islam. Penerbit buku Ayat-ayat Setan, Viking, langsung mengeluarkan pernyataan: “Penerbit dan penulis tidak punya maksud menyakiti kaum muslimin. Kami sangat menyesal dengan kejadian ini. Penerbitan buku Ayat-ayat Setan dilakukan karena ditulis oleh seorang penulis top dan isinya fiktif. Penerbitannya karena menghormati kebebasan berekspresi. Salah satu prinsip demokrasi”.

Salman Rushdi sendiri dalam wawancaranya dengan CBS mengatakan:

“Buku ini punya dua khayalan yang coba saya hubungkan dengan munculnya sebuah agama yang mirip dengan Islam. Tapi ini sebuah Islam khayalan. Tokoh yang berkhayal dalam buku itu, pada intinya akalnya telah hilang, gila. Bila seorang berkhayal semacam ini, sangat aneh bila tulisan ini dianggap menghina Islam. Sama sekali saya tidak berniat itu”.

Sempat muncul bisik-bisik di Iran, bahwa bila Salman Rushdi bertobat, mungkin saja tobatnya diterima. Namun, hal ini ditolak oleh kantor Imam Khomeini. Bahkan disebutkan seandainya Salman Rushdi kemudian menjadi orang paling zuhud di muka bumi pun, membunuhnya adalah wajib.

Hukuman mati telah dihapus?
Imam Khomeini pada tahun itu juga, 1987, berbicara di hadapan para rohaniwan:

“Masalah buku Ayat-ayat Setan adalah rencana yang telah disiapkan dengan baik untuk menghancurkan akar ajaran Islam dan keberagamaan umat Islam. Puncak dari semua itu adalah Islam dan rohaniwan”.

Ketika fatwa Imam Khomeini tidak lagi diulang-ulangi, Barat mulai berani mengeluarkan isu bahwa fatwa Imam telah ditarik kembali. Isu ini dimunculkan tidak hanya sekali, tetapi dimuat berulang-ulang. Ayatullah sayyid Ali Khamene’i bereaksi dengan keras.

Pada musim haji dua tahun lalu beliau mengeluarkan pernyataan:

“Hukuman mati yang dikeluarkan oleh Imam Khomeini terhadap Salman Rushdi berlandaskan ayat-ayat al-Quran. Sebagaimana ayat-ayat lain yang kokoh dan tidak dapat dihapus, hukum ini tetap dan tidak dapat dihapus”.

Penutup
Penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw tidak pernah berhenti di Barat. Benar, Imam Khomeini pernah mengeluarkan fatwa hukuman mati atas Salman Rushdi. Namun, penghinaan terhadap Nabi Islam, Muhammad saw tidak pernah selesai. Permusuhan Barat terhadap Islam masih tetap berlangsung. Pemuatan karikatur yang menghina Nabi Muhammad saw di Denmark masih satu jalur dengan Ayat-ayat Setan Salman Rushdi. Sekalipun didemo di mana-mana, masih saja di sebagian negara-negara seperti Inggris, Azerbaijan dan terakhir Prancis yang proses pengadilannya tengah berlangsung, melakukan penghinaan.

Masihkah Barat tidak ingin mengambil pelajaran dari fatwa ulama Islam seperti Imam Khomeini? Bila ditanya, mengapa kalian melindungi dan membiarkan orang-orang menghina keyakinan orang lain? Jawabannya adalah kebebasan berekspresi. Kebebasan berekspresi yang selalu dijajakan untuk menghina keyakinan orang lain. Pertanyaannya, adakah kebebasan yang memperbolehkan menghina keyakinan orang lain?.[]

Penulis: Pimred Islam Alternatif

Qom, 24 Pebruari 2007

Selasa, 16 Desember 2008

Menyoal Kejujuran Yusuf Qardhawi


Oleh: Saleh Lapadi Statemen Ayatullah Sayyid Ali Sistani tidak pernah digubris. Ayatullah Sayyid Ali Sistani mengutuk pembunuhan masyarakat sipil di Irak. Ayatullah Sistani, selaku tokoh Syi’ah Irak tidak pernah melemparkan kesalahan dan pemicu ini ke pundak Ahli Sunah Irak. Ayatullah Sistani dalam setiap kesempatan melemparkan penyebab ini kepada Amerika dan Inggris, sisa-sisa anggota Ba’ts dan kelompok takfir. Hal sama yang ditekankan oleh Ayatullah Sayyid Ali Khamene’i dalam ceramah-ceramahnya. --------------------------------------------------- Yusuf Qardhawi hari Jumat kemarin dalam khotbahnya kembali menekankan agar Iran yang Syi’ah segera mengambil langkah-langkah praktis untuk mencegah pembunuhan orang-orang Sunni di Irak. Qardhawi meyakini bahwa pembunuhan orang-orang Sunni dilakukan oleh orang-orang Syi’ah. Dalam khutbah Jumatnya sebelum melawat ke Indonesia ia sempat menyeru kepada Sayyid Ali Khamene’i agar ikut secara aktif menghentikan pembunuhan terhadap orang-orang Sunni oleh Syi’ah. Dalam lawatannya ke Indonesia, masalah ini juga diulang-ulangi dalam pertemuan dengan tokoh-tokoh Indonesia. Yusuf Qardhawi seakan-akan tidak mau tahu apakah tokoh-tokoh Syi’ah baik Ayatullah Sayyid Ali Sistani di Irak dan Ayatullah Sayyid Ali Khamane’i di Iran pernah berkata apa tentang isu “konflik sektarian”. Qardhawi mengerti benar bahwa kedua tokoh besar Syi’ah berkali-kali memfatwakan keharaman memprovokasi perselisihan Sunni dan Syi’ah. Siapa saja yang melakukan itu berarti ia telah melakukan perbuatan haram dan berdosa. Lebih dari itu, Sayyid Ali Khamene’i mengulangi ucapan Imam Khomeini bahwa siapa saja membuat perselisihan antara Sunni dan Syi’ah bukan seorang Syi’ah dan Sunni. Buat Qardhawi, saat ini ucapan dia diakses secara luar biasa. Hal itu setelah al-Jazirah menyiapkan siaran khususnya yang bernama “as-Syari’ah wa al-Hayah” (syariat dan kehidupan). Mendapat dukungan dari al-Jazirah membuat namanya semakin melambung. Beberapa komentar-komentarnya memang menyejukkan. Ia termasuk salah satu ulama Ahli Sunah yang membela Palestina. Ia juga dikenal sebagai ulama yang berusaha mendekatkan Sunni dan Syi’ah. Ketika Israel menyerang Hizbullah, di mana ulama Wahabi termasuk tidak setuju dan menganggap perjuangan Hizbullah tidak termasuk jihad Islam, Qardhawi membela Hizbullah. Semua ini berubah ketika Saddam dihukum gantung. Karena ketidaksetujuannya atas hukuman mati Saddam yang dilakukan pada hari Idul Qurban. Semenjak itu, dalam menyikapi “konflik sektarian” di Irak, Qardhawi tidak lagi terlihat obyektif melihat masalah. Statemen Ayatullah Sayyid Ali Sistani tidak pernah digubris. Ayatullah Sayyid Ali Sistani mengutuk pembunuhan masyarakat sipil di Irak. Ayatullah Sistani, selaku tokoh Syi’ah Irak tidak pernah melemparkan kesalahan dan pemicu ini ke pundak Ahli Sunah Irak. Ayatullah Sistani dalam setiap kesempatan melemparkan penyebab ini kepada Amerika dan Inggris, sisa-sisa anggota Ba’ts dan kelompok takfir. Hal sama yang ditekankan oleh Ayatullah Sayyid Ali Khamene’i dalam ceramah-ceramahnya. Di sini, hubungan Qardhawi dan al-Jazirah, perlu mendapat perhatian lebih. Apakah Qardhawi yang merasa mendapat dukungan al-Jazirah sehingga tidak mau lagi melihat kenyataan ataukah sebaliknya? Pendapat pertama kelihatannya lebih sulit untuk diterima. Dengan sedikit melihat latar belakang Qardhawi, sebagaimana sebagiannya telah disebutkan di muka, kemungkinan itu kelihatannya kecil sekali. Apa lagi, sebagai media internasional dan profesional, al-Jazirah tidak bakal mau dipakai sebagai alat. Sebisa mungkin ia mencari subyek tertentu untuk menaikkan rating dan jumlah pemirsanya. Dan sudah umum di dunia media, bila seorang tokoh, karena satu dan lain hal, tersandung sebuah kasus yang dapat mengancam citranya, maka tokoh itu pun akan dijauhi. Dan untuk sementara Qardhawi masih sesuai dengan misi mereka. Kemungkinan kedua lebih bisa diterima. Secara terstruktur dan sistematis, al-Jazirah mampu menguasai Qardhawi. Kebencian al-Jazirah dapat terbaca dengan jelas. Setelah hukuman mati Saddam mereka mengambil gambar di sebuah kota kecil di Mesir dan menyebutkan bahwa seluruh Mesir melakukan upacara berkabung. Al-Jazirah tidak pernah menayangkan dan memberitakan berapa banyak orang-orang Syi’ah Irak yang terbunuh. Sekitar 70 persen orang yang mati, dari orang Syi’ah akibat teror yang dilakukan selama ini. Pemboman Samarra, Kazhimain, Najaf, Karbala dan kawasan-kawasan yang dihuni oleh orang-orang Syi’ah dan korbannya juga dari orang-orang Syi’ah. Yusuf Qardhawi tidak mau tahu bahwa pada saat yang sama, ketika ia menyampaikan khutbah Jumatnya di Doha, sebuah masjid orang-orang Syi’ah diledakkan oleh orang yang mengatakan melakukan bom bunuh diri karena melakukan jihad. Ledakkan itu mengakibatkan puluhan orang mati dan luka-luka. Yusuf Qardhawi seakan-akan lupa bahwa ada kelompok takfir yang juga ikut ambil bagian dalam “konflik sektarian” ini? Kelompok yang tidak hanya mengafirkan Syi’ah, tapi juga Ahli Sunah. Mereka tidak pernah memilih-milih korbannya kecuali berdasarkan kepentingan. Kelompok takfir yang dikenal sebagai Wahabi. Wahabi yang mendapat sokongan dana besar-besaran dari pemerintah Arab Saudi. Mengapa Yusuf Qardhawi tidak melontarkan ucapan yang sama kepada ulama Wahabi? Mengapa Qardhawi tidak mengambil sikap dan meminta kepada mufti-mufti Wahabi untuk menahan diri dan tidak mengafirkan Syi’ah. Mengapa ia tidak meminta kepada mufti besar Arab Saudi agar memerintahkan kepada kelompok takfir yang ikut bermain di Irak untuk tidak melakukan tindakan pembalasan yang sama? Dalam khotbahnya hari Jumat kemarin, Qardhawi menyampaikan bahwa ia akan mengirim utusan ke Iran untuk membicarakan masalah pembunuhan orang-orang Syi’ah terhadap Sunni sekaligus mencarikan solusinya. Usaha yang baik dan patut untuk dihargai. Setidak-tidaknya ia bakal mendapatkan berita tidak secara sepihak. Walaupun terlambat, namun kita dapat berharap banyak, dari sikap yang diambil oleh Qardhawi. Sehingga diharapkan ia tidak hanya mendengar kabar dari al-Jazirah. Masih segar dalam ingatan, al-Jazirah memutar balikkan fakta pembunuhan massal yang terjadi di kota Sadr. Di sana sekitar 220 orang terbunuh dan ratusan lagi luka-luka. Al-Jazirah memberitakan bahwa telah terjadi penyerbuan ke masjid Ahli Sunah. Mengapa tidak ada pemberitaan yang seimbang mengenai korban yang tewas di pihak Syi’ah? Terima atau tidak, al-Jazirah termasuk yang memiliki saham meluasnya “konflik sektarian” di Irak. Keinginan Qardhawi mengirim utusan ke Iran masih menunjukkan keinginan baiknya. Pertanyaannya di sini adalah, mengapa ia tidak mengirimkan utusan juga ke Arab Saudi? Seluruh ulama Syi’ah baik di Iran maupun Irak mengharamkan siapa saja yang ikut berperang atas nama perang Sunni dan Syi’ah. Bila pengiriman utusan ke Iran untuk menasihati ulama Syi’ah, maka pengiriman utusan ke Arab Saudi jauh lebih wajib untuk dilakukan. Bertahun-tahun ulama Wahabi memfatwakan Syi’ah kafir, orang-orang Syi’ah halal darahnya. Apakah fatwa-fatwa ini tiba-tiba terhapus dari ingatan Qardhawi? Mengapa Qardhawi harus jauh-jauh mengirim utusan ke Iran. Berapa kilometer dari tempatnya menyampaikan khutbah Jumat ada pangkalan militer Amerika. Pangkalan ini menjadi pusat logistik bantuan Amerika kepada Israel untuk membom rakyat Sipil Lebanon. Pusat logistik untuk pasukan Amerika di Irak agar dengan mudah mereka membunuh rakyat tidak berdosa Irak. Beranikah Qardhawi dalam siaran khususnya menyampaikan kepada Amir Qatar agar pangkalan militer yang telah membunuh ratusan orang Arab untuk dibekukan? Militer Amerika harus meninggalkan Qatar sebagai negara berdaulat Menasihati orang lain memang mudah. Tapi menasihati diri sendiri adalah sangat sulit. Itulah mengapa sebelum seorang diangkat sebagai Nabi, yang tugasnya menasihat masyarakat, selain tugas lainnya, untuk terlebih dahulu membersihkan dirinya. Karena kebersihan diri terlebih dahulu membuat seorang Nabi bersikap sama dan tidak memihak. Itulah mengapa dengan mudah Nabi Muhammad saw mengatakan bahwa bila Fathimah mencuri niscaya aku potong tangannya. Mungkinkah Qardhawi memotong tangan kelompok takfir di Irak dengan mengirim utusan ke Arab Saudi dan berbicara dengan ulama Wahabi?[] Bapak Yusuf Qardhawi... Mencari aib orang lain memang lebih mudah. Qom, 27 Januari 2007 Penulis: Pimred Islam Alternatif

Sampai Jumpa Jumat di Teuku Umar 68…


let-us-breathe

Menyahuti seruan Sekjen Hezbollah Lebanon, Hasan Nasrullah, kita akan melakukan aksi demo di depan Kedutaan Besar Mesir usai shalat Jumat pukul 13.00 demi memperotes rezim Mobarak yang turut memblokade Gaza dan mengakibatkan kesengsaraan 1 setengah juta warganya.

hungry_angry1

Isu Gaza bukan hanya milik umat Islam tapi milik semua pejuang kebebasan di atas muka bumi dari agama, mazhab dan suku apapaun.

Mari ungkapkan simpati dan solidaritas atas nama kemanusiaan dalam aksi damai yang dilindungi oleh konsitusi negara tercinta Indonesia.

Sampai jumpa di jalan Teuku Umar 68!!!!

Senin, 15 Desember 2008

AS Janjikan Payung Anti Nuklir ke Israel, Arab Saudi dan Sekutunya di Teluk


nuclear-umbrellabush_umbrella5

Gaya AS dalam komunikasi politik luar negeri di bawah presiden terpilih Bareack Obama tidak berubah, bahkan mungkin lebih imprialistik.

Menteri Luar Negeri AS dalam kabinet mendatang Barack Obama, Hillary Clinton, demi melindungi dari apa yang disebutnya dengan “ancaman nuklir Iran”, berjanji akan melengkapi Israel dengan “payung anti nuklir”.

Perempuan yang nyaris depresi karena suaminya, Bill Clinton, berselingkuh dengan Monica Lewinsky, ini juga menjajikan fasilitas yang sama kepada sekutunya di Teluk terutama Arab Saudi demi melindunginya.

Aljazeera yang menurunkan berita ini tidak menjelaskan respon Arab Saudi atas tawaran ini.

Selasa, 09 Desember 2008

Israel Cegah Bantuan Idul Adha ke Gaza




Pasukan keamanan Israel kembali melarang sebuah kapal yang akan bertolak ke jalur Gaza membawa bantuan kemanusiaan. Kali ini kapal yang tengah bersandar di pelabuhan Jaffa, dilarang melanjutkan perjalanan. “Kami sedang bersiap-siap untuk menuju Jalur Gaza untuk menyerahkan ratusan kilogram obat-obatan dan barang-barang kebutuhan pokok, tetapi polisi maritim mencegah kami membongkar jangkar kapal kami,” kata anggota parlemen Arab Israel, Ahmed Tibi, Minggu (7/12). Juru bicara polisi Israel, Micky Rosenfeld, mengonfirmasikan bahwa kapal itu dilarang meninggalkan pelabuhan tersebut.
Para anggota parlemen Arab Israel lainnya, termasuk Taleb al Sana dan Mohammed Barakah, juga berada di kapal itu bersama dengan para aktivis perdamaian dari kelompok sayap kiri Yahudi. Tiga warga Israel dari Galilee yang membawa satu truk pangan dan obat-obatan ke pelabuhan itu untuk dinaikkan ke dalam kapal ditahan untuk diperiksa. Israel memberlakukan satu blokade yang menyengsarakan terhadap Jalur Gaza sejak kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza, Juni tahun lalu. Israel memperketat blokade itu sejak meletusnya aksi kekerasan lintas perbatasan 4 November. Pekan lalu, kapal-kapal perang Israel melarang sebuah kapal barang Libya yang membawa 3.000 ton barang-barang mencapai Gaza. (Kompas dari Antara)

Selasa, 02 Desember 2008

Gaza Diblokade, Syekh Al-Azhar Berjabat Tangan dengan Shimon Peres

syekhazhar-peres

Meski telah meminta maaf secara implisit’ atas tindakan berjabat tangan dengan Shimon Perez, rakyat Mesir tetap menginginkan pengunduran diri Syekh Al-Azhar dari jabatannya.

Berdasarkan laporan dari kantor berita ‘Qudsuna’, sekelompok rakyat dari berbagai anggota partai dan wakil parlemen Mesir mengecam sikap pemimpin Perguruan Tinggi Islam terbesar tersebut dan menuntut pencopotannya.

Sekaitan dengan hal ini, faksi Ikhwan al-Muslimin dalam parlemen Mesir, seraya mengecam kehadiran Syekh Al-Azhar dalam konferensi ‘Dialog Agama’ di New York, mendukung tuntutan pemecatannya.

Kelompok Ikhwan al-Muslimin dalam kritiknya, menegaskan bahwa “Tantowi menjabat tangan Simon Perez saat rakyat Gaza menderita akibat blokade rezim Zionis.

Lebih buruk lagi, adegan jabat tangan yang disertai aksi berbagi senyum ini mengundang kekecawaan dan kebencian rakyat Mesir.

Yang lebih parah lagi, sambil mengakui secara implisit kesalahannya, Tantowi mengatakan bahwa ia belum mengenal Peres dan jabat tangan itu terjadi secara kebetulan.

Seraya memberikan pembenaran atas sikapnya, ia menambahkan bahwa dalam a di sela-sela konferensi “Dialog antar Agama” di New York, ia melakukan jabat tangan dengan lebih dari 20 peserta dengan niat baik, termasuk Shimon Peres, Prseiden Rezim Zionis.

Dengan berbagai protes yang berkembang di tenga umat Islam atas sikapnya, Tantowi membantah adanya rumor santer yang menyebutkan bahwa ia dan Simon Peres menandatangani sebuah kesepakatan. (kayhan)